; charset=UTF-8" /> Tanpa Proposal, Penjual Jamu Sukses di Natuna - | ';

| | 1,442 kali dibaca

Tanpa Proposal, Penjual Jamu Sukses di Natuna

penjual jamu=

Mbak Sum, penjual jamu keliling di Natuna yang sukses tanpa mengajukan proposal bantuan ke Pemkab Natuna.

Ranai, Radar Kepri- Meskipun saat-saat ini masyarakat Natuna lagi musim “mengemis” dengan mengajukan berbagai proposal pada pemerintah. Bahkan, hoby “menadahkan tangan” berkedok proposal bantuan kegiatan ini menjadi gunjingan warga disetiap warung kopi. Maupun di kalangan pasar, pembicaraan masyarakat tidak terlepas dari proposal bantuan. Mulai dari proposal ternak ayam, kambing dan sapi bahkan ternak kodok sekalipun. Bahkan untuk istri melahirkan hingga akikah anak-pun ada yang mengajukan bantuan.

Namun, tidak demikian mbak Sum, (bukan nama sebenarnya, red) wanita berumur 45 tahuan asal Jawa Barat ini lebih memilih berjuang untuk hidup dari pada “mengemis” dengan dalih usaha. Mbak dengan gigih berkeliling kota Ranai menjual jamu yang diraciknya keliling. Tak terasa sudah hampir 7 tahun  berdomisili di Natuna dan berjualan jamu, sehingga mbak Sum tahu persis seluk-beluk kota Ranai. Hujan dan panas, mbak Sum tak pernah mengeluh, Dan hebatnya, sejak berjualan jamu.”Sampai hari ini, saya belum pernah mengajukan proposal untuk nambah modal usaha. Majunya usaha jamu ini, hanya karena saya yakin diri dengan usaha ini dan selalu berdoa agar diberi rezeki oleh Allah SWT.”ujarnya.

Berpropesi sebagai penjual jamu atau tukang jamu keliling, ternyata tidak semua orang yang menggemarinya dagangan. Bahkan, mungkin banyak orang  mengganggap hina atau gengsi kalau berprofesi sebagai seorang tukang jamu. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi mbak Sum.”Bagi, saya menjual jamu sudah pilihan hidup sejak beberapa tahun silam. Suka-dukanya sudah banyak saya lalui dalam menjual jamu ini. Mulai dari tukang jamu gendong dari kampung ke kampung. Alhamdullilah, sekarang saya sudah bisa pakai sikal (sepeda-red) untuk berjualan.”ucapnya dengan nada penuh syukur.

Mbak Sum menuturkan, sebelum dirinya merantau ke Natuna.”Saya juga pernah singgah merantau di Kalimantan. Di Kalimantan, saya pernah berjualan jamu dan daun pisang.Namun, beberapa tahun saya tinggal di Kalimantan, usaha saya menjual  jamu dan daun pisang hanya dapat sekedar makan saja.”tutur perempuan paruh baya ini.

Sekitar tahun 2006, mbak Sum mendengar celoteh kawan-kawan langganan minum jamunya yang menyebutkan di Kabupaten Natuna gampang cari uang. Mendengar nama Natuna saja, mbak Sum belum pernah. Namun ceirita menarik ini membuat naluri bisnis mbak Sum tergugah. Mbak Sum kemudian mencari tahu dimana Natuna itu dan kalau ke Natuna naik apa.”Apa saja di jual di Natuna laku.”kenang Mbak Sum.

Informasi berharga tentang peluang mengembangkan usaha jamu ini akhirnya membulatkan tekad mbak Sum berlayar menuju kabupaten paling Utara di Republik ini.”Saat itu saya berpikir, mungkin kalau saya menjual jamu di sana mungkin laku juga. Saya tanya sama kawan yang sudah pernah  tinggal di Natuna. Apakah ada orang yang menjual jamu di Natuna?. Mereka mengatakan ada, tetapi belum banyak.”kisah mbak Sum.

Dikatakan mbak Sum, daerah Natuna, kalau di luar sana macam di Kalimantan itu. Menjadi perbincangan bagi orang-orang, karena APBD-nya yang besar. Apapun yang dijual oleh para pedagang laku di pulau ini.”Karena itu, saya dan suami  memutuskan berangkat ke Natuna. Alhamdulillah sudah 7 tahun pula kami di sini dengan menekuni usaha sebagai tukang jamu keliling. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT. Berkat pertolongan Allah, hasil jual jamu ini. Saya juga sudah bisa membeli tanah dan membuat rumah meskipun masih tergolong rumah gubuk. Tapi bagi keluarga  kami, sudah Alhamdulillah sekali.”ucapnya penuh syukur.

Terkait omset dan keuntungan yang diperolehnya di setiap hari, Ibu paroh baya ini enggan mengatakanya. Sebab kata mbak Sum.”Pengasilan saya tidak merata, kira-kira Rp 200 ribu-lah perhari-nya.”paparnya.

Mbak Sum mengingatkan, sebagai manusia yang di beri Allah SWT kesehatan  jasmani dan rohani.”Sebaiknya, rahmat berupa kesehatan itu dipergunakan untuk berusaha, bekerja dan berdoa. Jangan hanya berdiam diri, meminta-minta  bukanlah prilaku yang harus di teladani.”ucapnya.

Dari penghansilan menjual jamu ini pulalah Mbak Sum dapat memiliki rumah kos-kosan.”Sekarang, Insya Allah sudah disewakan Rp 500 Ribu sebulan per-kamar. Alhamdulillah,  bisa menambah penghasilan keluarga.”katanya dengan senyum.

Sepenggal kisah perjalanan dan perjuangan mbak Sum si penjual jamu ini, seharusnya menjadi pelajaran bagi masyarakat Natuna yang  gemar “mengemis” dengan mengajukan proposal bantuan, berdalih untuk bermacam kegiatan dan keperluan. Mbak Sum menjadi saksi hidup dan pelajaran berharga, tanpa bantuan proposal dan uang hibah dari APBD Natuna. Mbak Sum bisa maju dan sukses,  asalkan mau serius dalam mengembangkan usaha.”Apa saja jenis usahanya, Allah akan memberi kita rezeki. Jangan pernah menyerah dalam berusaha. Allah  tetap memberi kita rezeki sepanjang kita berusaha dan bekerja serta selalu berdoa.”pesan mbak Sum.(herman)

Ditulis Oleh Pada Ming 09 Jun 2013. Kategory Natuna, Terkini. Anda dapat mengikuti respon untuk tulisan ini melalui RSS 2.0. Anda juga dapat memberikan komentar untuk tulisan melalui form di bawah ini

Komentar Anda

Radar Kepri Indek