Xanana Gusmao : Tokoh Sentral Kemerdekaan Timor Leste
Baru baru ini, Xanana Gusmao mengunjungi Singapura untuk menjumpai Susilo
Bambang Yudoyono (SBY) Mantan Presiden Republik Indonesia dan sekaligus
menjenguk Ibu Ani yang sedang sakit di Singapura. Kunjungan tersebut diindikasikan
bahwa sosok SBY di mata Gusmao adalah tokoh yang disegani dan dikagumi. Seorang
Gusmao yang mengunjungi Singapura untuk berjumpa SBY dan sekaligus menjenguk
Ibu Ani merupakan suatu peristiwa yang mengharukan. Di mata Gusmao, SBY sebagai
tokoh yang disegani dan sekaligus di hormati. Semenjak tidak lagi menjadi Presiden dan
Perdana Menteri Timor Leste, sosok Gusmao masih di hormati di negaranya yaitu Timor
Leste. Sosok Xanana Gusmao tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Timor Leste menjadi negara merdeka lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mantan
narapidana Cipinang tersebut merupakan tokoh sentral bagaimana perjuangannya ingin
lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebagaimana diketahui bahwa, sebelum menjadi negara merdeka, Timor Leste
bernama Timor Timur yang menjadi bagian dari Provinsi ke-27 dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Ada yang berpendapat dan sah sah saja bahwa, Xanana
Gusmao oleh sebagian orang disamakan dengan Che Guevara tokoh revolusioner dari
Rosario, Argentina yang banyak berjuang di Kuba (1965). Perjuangan Xanana Gusmao
sebagai tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste tidak diragukan lagi.
Xanana Gusmao memimpin gerilya melawan tentara Indonesia selama lebih dari dua
dekade dari belantara hutan Timor sampai akhirnya tertangkap tahun 1992 dan dipenjara
di Cipinang, Jakarta.
Xanana Gusmao mengundurkan diri menjadi Perdana Menteri Timor Leste yang
telah dijabatnya sejak Agustus 2007 lalu. Sebelumnya Xanana Gusmao menjadi Presiden
pertama Timor Leste sejak negara tersebut merdeka pada 20 Mei 2002. Xanana Gusmao
menjadi Presiden hingga pada Mei 2007 dan setelah itu menjadi Perdana Menteri hingga
mengundurkan diri. Alasan utama pengunduran diri Xanana Gusmao sebagai Perdana Menteri Timor Leste adalah ingin memberikan kesempatan kepada generasi muda Timor Leste untuk memimpin negara tersebut. Mantan menteri kesehatan, Rui Araujo, menjadi Perdana Menteri Timor Leste menggantikan Xanana Gusmao. Presiden Timor Leste,
Taur Matan Ruak telah menerima pengunduran diri Xanana Gusmao dari jabatan Perdana
Menteri Timor Leste.
Sebelum Timor Leste merdeka, negara tersebut menjadi bagian dari Provinsi ke-
27 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lebih kurang 23 tahun, terhitung sejak
tanggal 17 Juli 1976 hingga 30 Agustus 1999, Timor Timur menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada 30 Agustus 1999
diadakan referendum yang akhirnya Timor Timur menginginkan pisah dari Indonesia.
Referendum sendiri di mediasi oleh PBB (United Nations) yang juga disaksikan oleh
Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia.
Hasil referendum di Timor Timur, menunjukkan 79% rakyat Timor Timur yang
berhak memilih, menginginkan kemerdekaan dan pisah dari Indonesia, sedangkan 21%
rakyat Timor-Timur tetap menginginkan menjadi bagian dari Indonesia dengan status
otonomi yang seluas-luasnya. Dalam referendum tersebut 2 opsi dipilih oleh rakyat
Timor-Timur yang pertama opsi merdeka dan pisah dari Indonesia dan opsi kedua; tetap
menjadi bagian dari Indonesia dengan status otonomi yang seluas-luasnya. Sebelum
Timor-Timur merdeka, Portugal menyebutnya sebagai “Provincia Ultramarina”
(Provinsi Seberang Lautan) dan dinyatakan sebagai “Integral Part of Portugal”. Setelah
pisah dari Indonesia nama Timor Timur berganti nama dengan Timor Leste (Republik
Democratik Timor Leste atau Timor Lorosa’e).
Secara de facto, Timor Leste merdeka pada 30 Agustus 1999, setelah referendum
dilaksanakan dan sebagian rakyat Timor Timur menginginkan kemerdekaan dan pisah
dari Indonesia dan secara de facto pula, Timor Leste telah memiliki wilayah, penduduk
(rakyat) serta memiliki Pemerintahan, walaupun ketika itu, Pemerintahan di Timor Leste bersifat transisi yang dijalankan oleh Badan PBB (United Nations) yaitu “The United
Nations Transitional Administration in Timor Leste”, (UNTAET). UNTAET bertugas
dan bertanggung-jawab selama masa transisi hingga terbentuknya Konstitusi Timor Leste
pada 24 Maret 2002. Presiden pertama yang terpilih yaitu bekas pemimpin FRETILIN
yaitu Xanana Gusmao pada 14 April 2002. Sebaliknya pula, secara de jure, Timor Leste
diakui oleh dunia internasional pada 20 Mei 2002 dan seterusnya menjadi anggota PBB
(United Nations) pada 27 September 2002. Sejak tanggal tersebut, Timor Leste telah menjadi Negara yang berdaulat dan berkuasa penuh baik secara de facto maupun de jure.
Timor Leste dan ASEAN Sosok Xanana Gusmao kini dikenal di Timor Leste sebagai Bapak perjuangan kemerdekaan Timor Leste. Gusmao telah diakui peran dan kepemimpinannya tidak saja di negaranya, namun juga di kawasan Asia Tenggara. Sepeninggal Xanana Gusmao
sebagai Presiden dan Perdana Menteri Timor Leste dikhawatirkan negara tersebut
terhambat untuk menjadi anggota ASEAN yang telah secara resmi mengajukan untuk
menjadi anggota ASEAN (10 plus 1) dan hingga kini Timor Leste belum lagi secara
resmi menjadi anggota ASEAN.
Kini Timor Leste dipimpin oleh Presiden Francisco ‘Lu-Olo’ Guterres. Guterres
yang juga rekan Gusmao dan merupakan bekas gerilyawan kemerdekaan Timor Leste.
Bagi Timor Leste, keinginan menjadi anggota ASEAN merupakan tujuan dasar dalam
membina hubungan bilateral maupun regional khususnya dalam komunitas ASEAN.
Secara Geografis dan Geo Strategis, Timor Leste terletak di kawasan Asia Tenggara.
Keinginan untuk menjadi anggota ASEAN merupakan suatu keniscayaan. Oleh sebab itu,
tidak ada pilihan, Timor Leste mesti bergabung dalam kerjasama regional ASEAN.
Dalam beberapa KTT ASEAN dan terakhir dilaksanakan di Singapura, Pemerintah Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya mendukung keikutsertaan Timor Leste dalam keanggotaan ASEAN yang akan menjadi anggota ke 11 dari 10 negara anggota ASEAN yang sudah ada, namun hingga saat ini, keinginan negara Timor- Leste untuk menjadi bagian ASEAN belum terwujud dan masih terkendala dalam beberapa hal. Singapura menjadi negara yang belum menyetujui Timor Leste menjadi anggota ASEAN dan negara anggota yang paling keras mengkritisi kesiapan negara tersebut. Keengganan Singapura untuk menerima Timor Leste didasarkan pada
pertimbangan ekonomi praktis, dimana ASEAN memiliki berbagai pertemuan yang harus
dihadiri dan biayanya serta ditanggung masing-masing anggota.
Selain persoalan ekonomi, Timor Leste juga harus dipastikan siap dari sisi keamanan, ekonomi dan sosial budaya sebelum bisa masuk ke dalam ASEAN. Hambatan lain bagi Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN adalah syarat memiliki kedutaan besar di semua negara ASEAN belum bisa dipenuhi.
Salah satu faktor yang sangat kuat mendukung keikutsertaan Timor Leste menjadi
anggota ASEAN yaitu faktor letak geografis. Letak dan posisi Timor Leste terletak di
kawasan Asia Tenggara serta didukung oleh faktor budaya, emosional khususnya dengan
Indonesia. Hingga saat ini, status Timor Leste dalam ASEAN adalah sebagai negara
peninjau dan ada harapan kuat untuk menjadi anggota ASEAN jika semua anggota
ASEAN sudah sepakat akan hal tersebut. Keseriusan Timor Leste untuk bergabung ke
dalam komunitas ASEAN telah ditunjukkan dengan membuka sebagian Kedutaan Besar
(Kedubes) Timor Leste di negara-negara ASEAN yaitu di Indonesia, Malaysia, Singapura
dan Thailand. Dan diharapkan Kedutaan Besar Timor Leste dapat dibuka di semua
negara-negara ASEAN.
Penulis merupakan Widyaiswara Ahli Madya BPSDM Provinsi Riau
Alumni Ekonomi-Politik Internasional, IKMAS, UKM Malaysia.