; charset=UTF-8" /> Kota Suci - | ';

| | 452 kali dibaca

Kota Suci

Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat

Tidak diragukan lagi bagi pemeluk Agama Islam, bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang dijamin kesuciannya hingga akhir zaman, sebagaimana yang telah difirmankan oleh pencipta alam, Allah Yang Maha Kuasa. Berbagai usaha dan daya untuk mengelabui, menodai, mengubah atau menandingi Kitab Suci Al-Qur’an tidak akan dapat dilakukan, sekalipun seluruh manusia hebat di permukaaan bumi dan para jin sakti mandraguna berkumpul dan bersatu. Perjalanan sejarah telah membuktikan, kegagalan demi kegagalan, sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam hingga hari ini, dan masa yang akan datang.

Selai kitab Suci umat Islam juga perlu merasa berbahagia dan berbangga hati, karena juga memiliki tiga kota suci, yaitu Makkah Almukarramah, Madinah Almunawwaroh di Arab Saudi, dan Palestina (Yerussalem), sebagai pusat ibadah umat Islam di saentero dunia, sejak jaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam hingga fananya dunia dari kehidupan kelak. Bahkan Mekah telah diabadikan sebagai titik awal ibadah para Nabi dengan pusatnya di Masjidil Haram dengan Ka’bah di dalamnya yang dibangun dan dibina oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, Bapaknya para Nabi, yang selalu kita baca dan do’akan ketika sholat, yaitu ketika tasyahud akhir setelah bersalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Ka’bah telah ditetapkan sebagai arah kiblat untuk ibadah sholat bagi umat Islam di seluruh dunia.

Mengapa dikatakan kota suci? Terdapat beberapa keterangan yang mendukung tentang ditetapkannya ketiga kota ini sebagai kota suci dalam perspektif Islam. Pertama, karena pada ketiga kota tersebut terdapat masjid yang menjadi tonggak sejarah perkembangan Agama Islam, yaitu Masjidil Haram di Mekah, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid al-Aqsho di Palestina (Yerussalem). Ketiga masjid tersebut memiliki keutamaan dibandingkan masjid yang lainnya, sehingga menjadi masjid yang selalu ramai didatangi oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia setiap waktu dalam rangka beribadah kepada Allah. Kita tidak diperintahkan untuk mempersiapkan perjalanan agama, kecuali untuk tiga masjid tersebut.
Kedua, ketiga kota tersebut menjadi titik sentral perjuangan dan penyebaran agama Islam yang dibawa oleh manusia suci, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Beliau sudah disucikan dari berbagai dosa, maksiat dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik lainnya. Jika Beliau khilaf atau lupa langsung diingatkan dan diampuni oleh Allah. Jadi, kesucian ketiga kota tersebut berkaitan langsung dengan perjalanan hidup manusia suci, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam penyebaran ajaran Islam.
Ketiga, Kota Mekah dan Madinah khususnya adalah tempat diturunkannnya kitab suci Al-Qur’an, yang merupakan mukjizat terbesar agama Islam dan sekaligus pedoman dan petunjuk utama umat Islam dalam menjalani kehidupan. Makanya dalam kitab suci Al-Qur’an akan dijumpai surat-surat yang diturunkan di Mekah dan surat-surat yang diturunkan di Madinah. Kedua kota ini, yang batas-batasnya sudah ditetapkan, dikenal juga dengan alharamain (tanah haram), karena di wilayah tersebut berlaku berbaga ketentuan yang diharamkan, termasuk di dalamnya adalah tidak dibenarkan orang-orang Non-Islam untuk memasukinya, apalagi tinggal dan bermukim. Tanah dan bebatuan yang terkandung di dalam kedua suci tersebut begitu mulia, sehingga tidak dibenarkan untuk diangkut dan dibawa keluar dari kedua kota suci tersebut. Bahkan disebutkan bahwa debu atau tanah di kedua suci tersebut sebagai obat (syifa’). Di kedua kota suci tersebut juga dijamin keamanan dan keselamatan serta kebutuhan pokok kehidupan manusia. Masih banyak lagi keutamaan dan keistimewaan kota suci, selain yang telah disebutkan di atas.
Oleh karena sudah disepakati sebagai kota suci oleh umat Islam, maka jangan heran jika ketiga kota ini setiap saat penuh disesaki oleh umat Islam dari seluruh dunia. Tidak pernah sepinya, setiap hari, sepanjang tahun.
Sungguh berbahagia dan beruntung, orang-orang yang telah diberikan kemudahan dan kesempatan untuk beribadah di ketiga kota suci tersebut. Sebab, besarnya ganjaran pahala yang telah dijanjikan oleh Allah SWT jika beribadah di ketiga masjid di tiga kota suci tersebut.
Ibadah Tingkat Dunia
Berkunjung ke tiga kota suci tersebut, juga akan menguatkan ikatan persaudaraan Islamiyah, karena dapat berjumpa dengan saudara-sudara seiman dari seluruh penjuru dunia, yang terpanggil jiwanya untuk datang dan berkunjung dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Beribadah di ketiga masjid di kota suci tersebut juga dapat dikatakan sebagai ibadah dalam tingkatan dunia, karena sholat berjema’ah yang diikuti dan diaminkan oleh perwakilan seluruh umat Islam yang ada dipenjuru dunia. Sebagai contoh di Masjidil Haram, Mekah dapat menampung ratusan ribu jemaah, dan jika ditambah lagi dengan yang sholat di pelataran masjid, di depan-depan hotel dan pertokoan angkanya akan mencapai jutaan jema’ah. Dengan ganjaran pahala sekali sholat nilainya setara dengan 100.000 kali sholat di masjid lainnya.
Begitu juga di Masjid Nabawi, Madinah yang dapat menampung ratusan ribu jemaah jemaah dengan ganjaran pahala sekali sholat yang setara dengan 1000 kali sholat di masjid lainnya.
Jadi, jika ingin merasakan ibadah sholat tingkat dunia, mau tidak mau harus mendatangi kota suci tersbut. Rasanya,tidak akan pernah ditemui, sholat berjema’ah yang akan dapat menandingi ramainya jemaah di kedua masjid tersebut di dunia.
Merebut Ruang
Fenomena menarik lainnya beribadah khususnya di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah perebutan ruang untuk beribadah. Kenapa diperebutkan? Karena ingin mendapatkan keutamaan, ganjaran, pahala dan ridha dari Allah yang telah dijanjikan.
Berbeda dengan beribadah di masjid lain pada umumnya, dimana kita bisa bersantai santai untuk mendapatkan ruang untuk beribadah. Bahkan datang terlambatpun masih dapat tempat untuk sholat di dalam masjid.
Pemandangan berbeda, akan segera tampak di depan mata, dimana ruang atau shaf untuk sholat menjadi barang mewah dan mahal yang harus diraih dan diperbutkan, tanpa membedakan darimana asal-usulnya. Siapa yang bersungguh-sungguh tentu akan mendapatkannnya, namun jika lalai atau terlambat silahkan sholat di pelataran masjid atau di depan hotel dan toko-toko di luar masjid, khusunya di Masjidil Haram. Sebagai gambaran, untuk mendapatkan shaf di Majidil Haram, minimal satu jam sebelum waktu sholat sudah harus berada di masjid, jika kurang dari itu maka bersiap sholat di pelataran masjid.
Namun, di Masjid Nabawi lebih fleksibel, azan berkumandang kita pergi ke Masjid dari tempat menginap (hotel) yang berada di sekeliling masjid, masih berpeluang untuk mendapatkan shaf di dalam masjid. Namun jika ingin mendaptkan shaf dibagian depan dan utama, juga sama halnya dengan di Masjidil Haram.
Begitu juga perebutan ruang untuk sholat dan berdo’a di tempat yang mustjab (dikabulkan) seperti di Raudho (yang luasnya sekitar 20 X 20 meter) yaitu tempat antara Rumah Nabi dan Mimbar Nabi ketika beliau masih hidup di Masjid Nabawi. Atau sholat di Hijir Ismail di dekat Ka’bah yang luasnya hanya beberapa meter saja, serta yang paling tinggi tingkat persaingannya adalah mencium Hajar Aswad, yang jumlahnya hanya satu tapi diperebutkan oleh ribuan orang yang melakukan thawaf, yang tidak pernah berhenti dan sepinya setiap saat, dari pagi hari hingga pagi harinya lagi. Tawaf hanya berhenti sejenak ketika sholat berjema’ah dilaksanakan.
Sungguh beruntung dan berbahagia, orang-orang yang dimudahkan oleh Allah untuk pergi ke tiga kota suci tersebut dalam rangka untuk mencari keridhaan dan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah. Biasanya, orang yang telah pergi ke sana, kerinduan dan keinginana untuk pergi akan lebih tinggi lagi. Jadi, jangan salahkan dan heran jika ada umat Islam yang berkali-kali pergi umroh atau haji.
Tanpa disadari bahwa Kota Mekah dan Madinah juga telah menjelma menjadi kota wisata belanja bagi para pengunjung, khususnya bagi warga Indonesia dan Malaysia. Kita tak perlu khawatir ketika berbelanja di toko atau mal yang ada di sana, semuanya pandai dan jago bahasa Indonesia, dari anak kecil hingga dewasa. Barang-barang disini juga harganya relatif murah, karena tidak dikenakan pajak. Untuk produk pakaian dan alat-alat rumah tangga banyak diimport dari China, sementara makanan, karpet, sajadah dari Turki. Di sana juga banyak dijual barang-barang berkualitas tinggi seperti jam tangan.
Selain itu, seiring perjalanan waktu dan perkembangan jaman, dampak samping lainnya, bahwa kota suci ini telah dijadikan area berselfie ria, baik di kedua masjid tersebut maupun tempat-tempat bersejarah dan menarik lainnya. Kedua hal ini, juga menjadi tantangan dan godaan tersendiri dalam melaksanakan ibadah.
Sebagian urian di atas adalah sebagai motivasi untuk yang belum pasang niat, untuk segera memasang niat berkunjung ke sana. Dan yang lebih penting lagi, jujurlah dengan niat kita. Selamat melakukan ziarah ke Kota Suci. Wallahu a’lam.

Penulis adalah Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Pekanbaru.

Ditulis Oleh Pada Sen 13 Jan 2020. Kategory Cerpen/Opini, Terkini. Anda dapat mengikuti respon untuk tulisan ini melalui RSS 2.0. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

Komentar Anda

Radar Kepri Indek