PDRM dan Otoritas Malaysia Diminta Gencarkan Operasi TKI/TKW Ilegal
Johor Baru-Radar Kepri-Polis Diraja Malaysia (PDRM) terkesan tutup mata atas masuknya wisatawan yang bekerja secara ilegal bahkan menjadi pekerja seksi komersial (PSK) di negara Malaysia, khususnya di negara bagian Johor Baru dan Selangor.
Hal ini terungkap dari perbincangan media ini dari beberapa orang pekerja berpaspor wisata yang selalu lolos dari razia di negara Jiran tersebut.”Kalau urus ijin kerja resmi susah bang. Makanya banyak yang masuk dengan modus wisata padahal sebenarnya bekerja secara ilegal alias tanpa permit kerja yang sah.”ujarnya N, seorang pekerja yang bolak-balik masuk Malaysia.
Para pekerja ilegal itu, lanjut sumber umumnya siang hari bersembunyi di homestay ataupun flat dikawasan Skudai dan sekitarnya.”Kalaupun kerja siang, biasanya di massage, spa ataupun sejenisnya yang bisa melakukan hubungan layaknya suami istri. Biasanya sekali main 100 Ringgit saja orang Indon dibayar.”tambah N.
Selain tempat yang disebut diatas, para pekerja ilegal itu juga menyambi kerja restoran, rumah makan, seafood, toko, taman bunga dan warung.”Biasanya ada tekong (koordinator) ilegal yang mengatur dan mengawasi pekerja ini.”ucap N.
Para tekong ini akan memungut uang keamanan ke para pekerja ilegal ini.”Katanya sih untuk oknum PDRM, tapi gak tau juga apa pungutan itu sampai ke oknum tersebut atau tidak. Tapi kalau melihat situasinya, kayaknya pungutan itu sampai ke oknum tersebut. Buktinya, para pekerja ilegal aman-aman saja.”bener sumber.
Beberapa TKI dan TKW ilegal tersebut bahkan pernah ditangkap dan dijebloskan ke penjara Malaysia namun hukuman ringan yang diberikan pemerintah Malaysia membuat para pekerja ilegal itu kembali masuk ke negara Jiran itu.
Selain Malaysia, negara Singapura menjadi primadona pekerja ilegal asal Indonesia untuk bekerja meski tanpa permit.
Beberapa waktu lalu PDRM bersama Otoritas Malaysia menemukan perkampungan ilegal yang hampir semua penghuninya adalah warga negara Indonesia (WNI) di Shah Alam, Selangor. Dalam penggerebekan yang dilakukan pada Minggu (18/02/2024).
Namun operasi itu hanya sesekali tidak rutin, bahkan kadang razia sudah diketahui oleh pekerja ilegal karena adanya oknum PDRM ‘nakal’ yang membiarkan akan adanya razia tersebut (redaksi)