Menteri Pariwisata Buka Festival Reyog di Kota Tanjungpinang

Tari Jaranan yang dipersembahkan dalam pembukaan festival reyog dibuka oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya, Sabtu (23/05) malam.
Tanjungpinang, Radar Kepri-Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berada posisi 3 dari 33 provinsi di Indonesia daerah tujuan wisata. Kepri dibawah DKI Jakarta (urutan 2) dan Provinsi Bali diurutan pertama.
Hal ini disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Arief Yahya ketika membuka festival reyog di lapangan Pamedan A Yani, Kota Tanjungpinang.”Pemerintah pusat mengalokasi sekitar Rp 100 Miliar untuk mempromosikan pariwisata Kepri ke seluruh dunia. Jadi nanti, warga Tanjungpinang dan Kepri bisa melihat ke indahan budaya dan alam Kepri di TV seluruh dunia dan TV Nasional.”terang Arief Yahya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Arief Yahya juga mengapresiasikan penampilan Marching Band SMK 1 yang telah membawakan lagu Jawa.”Saya sarankan juga agar paguyuban Manunggaling Sedulur untuk juga belajar tari dan lagu-lagu Melayu. Sehingga terjadi alkulturasi budaya.”pesan Arief Yahya sebelum menutup sambutannya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Kepulauan Riau (Wagubkepri) H MH Soeryo Respationo SH MH mengingatkan agar masyarakat Jawa yang ada di Kepri untuk memegang teguh dua prinsip utama.”Yaitu, prinsip utama pertama adalah, dimana bumi dipijak, disitu langit di junjung. Artinya, warga Tanjungpinang asal Jawa harus bisa beradaptasi, bersosialisasi, bermasyarakat dengan semua golongan dan suku yang ada di kota Tanjungpinang dan Kepri umumnya.”kata Romo sapaan H M Soeryo Respationo SH MH.
Bakal calon Gubernur Kepri dari PDI-P ini menguraikan.”Prinsip utama ke dua adalah, bahwa kita warga Jawa yang ada di Tanjungpinang dan Kepri umumnya, jangan pernah sekali-kali melupakan adat istiadat budaya leluhur kita.”ucap Wagub Kepri.
Malam ini, masih kata H M Soeryo Respationo SH MH.”Kita semua menyaksikan kesenian reyog, yang mana ini merupakan salah satu wujud bahwa kita tidak pernah melupakan adat dan budaya dari leluluhur kita.”katanya.
Dalam perantauan, masih kata H M Soeryo Respationo SH MH.”Kita juga tidak boleh melupakan dua sasenti. Yaitu memayuh hayuning pramono, dalam konsep Islam yang berarti Rahmatan Lil Alamin. Kemudian, sesanti berikutnya, Suro Biro Joyono Ningrat lebur dining paning suti yang lebih kurang berarti, kekuatan sebesar apapun akan terkalahkan oleh hati nurani yang bersih dan suci.”ujarnya.
Tadi lanjut, H M Soeryo Respationo SH MH.”Kita menyaksikan tari Jaranan, sepintas lalu inilah hal yang sepele, jaranan mengandung filosofi yang tinggi. Jaran adalah bahasa Jawa yang berarti kuda, sipenunggang kuda harus bisa mengendalikan kearahmana kuda itu akan berjalan. Artinya, kita harus bisa mengendalikan hati nurani, perilaku kita. Kalau kita tidak bisa mengendalikan, kita akan menemui kesulitan.”tutup HM Soeryo Respationo.(irfan)