; charset=UTF-8" /> NASIB SI KAMBING - | ';

| | 1,084 kali dibaca

NASIB SI KAMBING

Iwan Kurniawan SH.

Oleh : Iwan Kurniawan SH.

Hal ehwal pada suatu massa di jaman antah berantah, berkumpulah beribu-ribu kambing yang datang  dari seluruh pelosok antero dunia dengan berbagaimacam etnis suku bangsa yang berbeda satu sama lainnya.
Pertemuan persekutuan kambing-kambing sedunia  saat itu di berlangsungkan di suatu perkampungan kambing yang terletak dalam wilayah  negara Indania  bertetangga  dengan negara Malenia dan Sigapara.
Adapun hajat pertemuan para kambing itu berkumpul, adalah untuk melangsungkan kongres ke sekian ribu kalinya, memilih Raja baru dan menetapkan program kerja baru buat sekian tahun kedepan.
Kongres tersebut biasanya dilangsungkan 5 tahun sekali. Namun pada tahun ini, kongres dilaksanakan agak cepat mengingat Raja kambing, sudah terlalu tua, dan disesuaikan dengan perkembangan jaman yang begitu dinamis, sehingga dilaksanakan lebih cepat dari biasanya.
Singkat cerita, ketika  seluruh delegasi para kambing  berkumpul  , tersebutlah di suatu ladang rumput sabana yang hijau nan amat luas, tiba-tiba muncul di atas panggung  se-ekor kambing benggali  yang amat besar nan gagah perkasa, berjalan menuju singgasana di atas panggung  kongres.
Sebagaimana layaknya seorang Raja, pada saat berjalan menuju panggung kehormatan, dia dikawal sekitar 8 ekor kambing benggali yang memiliki tanduk panjang dengan bentuk tubuh masing-masing amat besar dan kekar dibandingkan dengan   kambing – kambing  biasa pada umumnya.
Sesampainya di atas panggung kehormatan, raja kambingpun menuju podium, yang terletak tidak jauh tempat duduk singgasananya terbuat dari ukiran kayu jati asli.
Sesampainya dimuka podium, dengan kokoh  si-raja kambing itupun berdiri tegap. Sungguh  gagah nan berwibawanya  raja kambing itu. Apalagi pada saat itu,  di atas kepalanya bertengger mahkota kerajaan kambing yang berlambang kepala kambing  dengan tanduk besar runcing terbuat dari emas murni 24 karat,  ditambah dengan pernak-pernik batu permata intan berlian yang bertabur mengitari mahkota kekuasaannya.
Sebagaimana biasanya, sebelum Raja kambing menyampaikan pidato, diapun  mengucapkan selamat datang sambil meneriakkan yel-yel ,”hidup bangsa kambing…..hidup  bangsa kambing…..hidup bangsa  kambing”.
Salam pembuka dan yel-yel tersebut, lalu disambut  dengan  gegap gempita dan penuh semangat oleh seluruh delegasi kambing yang berkumpul di lapangan tersebut.
“Hai saudara-saudaraku  sekalian,. Pada hari ini kita semua telah diberikan kesempatan oleh Tuhan YME untuk berkumpul di sini,  dipadang rumput yang indah ini. Saya selaku Raja di raja  kambing-kambing dunia,  mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada penyelenggara kegiatan khususnya negara Indania yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkumpul mengadakan kongres kambing-kambing yang telah sekian ribu kali jumlahnuya” ujar Raja kambing pada awal  pembuka pidato kata sambutannya.
“Hai rakyat kambing, saya harap kongres kali ini akan membawa perubahan besar terhadap suku bangsa kambing di kemudian hari. Kongres ini saya harapkan tidak hanya untuk memilih dan mengangkat raja baru, tetapi kongres ini juga saya harapkan dapat menghasilkan sebuah program baru dan menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi kita rakyat kambing”, ujar raja kembang melanjutkan pidatonya dengan penuh semangat dan berapi-rapi.
“Sebelum kita buka kongres kambing tahun ini, saya ingin tanyakan kepada panitia, apakah kondisi dan situasi arena kongres ini sudah seteril dan tidak dimasuki oleh penyusup atau mendapat ancaman keselamatan dari pihak luar?, tanya  raja kambing kepada ketua panitia kongres.
“Ampun yang mulia, dari laporan  ketua keamanan kongres, kongres kali ini sudah dapat dilangsungkan dengan aman,  karena semuanya  sudah kita atur, dengan sistem  pengamanan  yang sangat ketat dan selektif, sehingga tidak memungkinkan ada penyusup yang bisa masuk ke lokasi  kongres tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari kami”, kata ketua kongres menjawab pertanyaan  si  Raja Kambing.
“Selanjutnya, untuk saat ini situasi diluar kongres aman dan terkendali, arena kongres sudah dijaga oleh beribu-ribu kambing benggali yang hitam-hitam dan bertubuh besar nan tegap, seperti Yang Mulia”, timpal  Ketua panitia memaparkan tentang situasi dan kondisi arena kongres.
“Oh iya, baiklah,….apakah musuh kita musang, srigala, harimau dan lain-lain binatang berbahaya, nantinya dapat mengancam kongres ini”, tanya Raja Kambing meyakinkan dirinya kembali.
“Oooohhh…., itu tidak mungkin Raja, karena kelompok Musang, Serigala dan Harimau, serta sejenis  pemangsa binatang buas lainnya,  tidak pernah menuju ke lokasi kongres ini untuk berburu kami. Mereka semua tidak mengetahui kehadiran kita di sini.  Untuk itulah padang rumput negara ini, yang kita tunjuk menjadi tempat  berlangsungnya kongres tersebut”, jawab Ketua Panitia meyakinkan Raja Kambing.
“Ooooh…kalau begitu, saya yakin, kongres tahun ini pasti akan berjalan aman dan  sukses sesuai dengan harapan kita semua.  Bailah, guna  mempersingkat waktu, kongres ini saya buka”, sambil mengetukkan Gong pembuka sebanyak 3 X….Gooonnnggg…..gooonnnggg….gooonnnggg, pertanda kongres tersebut telah resmi dibuka oleh si Raja kambing.
Sesuai dengan agenda kongres, para delegasi kambing tersebut dibagi ke dalam beberapa kelompok, ada kelompok kambing hutan, kelompok kambing bandot,  kelompok kambing domba, kelompok kambing kacang , kelompok kambing benggali dan kelompok kambing hitam.
Masing-masing kelompok kambing tersebut menyampaikan laporan dan pandangannya dihadapan para peserta kongres.
Pada hari yang ditetapkan, dan sesuai dengan susunan acara, maka penyampaian laporan  dan pandangan dari  kelompok kambingpun dimulai.
Seperti biasanya, ketua panitiapun memulai dengan kata sambutan dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok kambing untuk membacakan laporan dan pandangan-pandangannya selama mengurus kambing-kambing, dengan susunan   sebagai berikut :
– Penyampaian laporan dan pandangan umum  kelompok kambing hutan;
– Penyampaian laporan dan  pandangan umum  kelompok kambing bandot;
– Penyampaian laporan dan pandangan umum  kelompok kambing kacang;
– Penyampaian laporan dan pandangan umum  kelompok kambing benggali;
– Penyampaian laporan  dan pandangan umum kelompok kambing hitam.
Baiklah,  oleh karena seluruh kelompok sudah mengirimkan utusannya masing-masing, dan berdasarkan data yang kami terima bahwa seluruh utusan sudah pula mempersiapkan masing-masing laporan dan pandangan umumnya, maka sesuai dengan susunan acara,  kami persilakan kepada masing-masing utusan kelompok untuk menyampaikan laporan dan pandangan umumnya.
Selanjutnya waktu dan tempat kami persilakan, kata Ketua panitia mempersilakan para utusan kelompok untuk memulai pembacaan laporan dan pandangan umumnya.

Kambing Hutan
Kesempatan pertama kiranya, diberikan kepada utusan kelompok kambing hutan untuk menyampaikan laporan dan pandangan umumnya, dihadapan seluruh peserta kongres yang hadir di tengah lapangan rumput tersebut.
Di awal pidato, utusan  perwakilan kelompok kambing hutanpun membuka laporannya  dengan ucapan selamat kepada para peserta kongres dan dilanjutkan dengan pembacaan materi pidato penyampaian pandangannya sebagai berikut :
“Hai bangsaku rakyat kambing sekalian,…pada saat ini, kami kambing hutan hidup dalam keadaan gelisah dan tidak tentram. Setiap detik,  menit, jam dan hari, jiwa kami terus menerus terancam. Ruang tempat kami hidup dan bertempat tinggalpun sudah semakin mengecil. Hutan-hutan sudah banyak habis ditebang dan digunduli oleh  para perampok hutan. Kemudian kalau jaman dahulu,  para pencuri hutan kayu  mencuri hanya dengan menggunakan kapak dan gergaji panjang, sekarang mereka mencuri sudah menggunakan binatang raksasa, bertanduk dan berbelalai panjang, rekan gajahpun kalah dibuatnya Kemudian  tangan dan kakinya sungguh besar, dengan suara meraung-raung memekakkan telinga, jika mereka melintasi dan menumbangkan satu persatu batang-batang pohon kayu di tengah hutan belantara. Hanya dengan hitungan jam, rubohlah sebatang pohon kayu besar ditengah hutan tersebut. Jangankan  melihat binatang raksasa tersebut, mendengar suaranya saja kami para kambing hutan sudah lari terbirit-birit masuk ke tengah hutan. Pada saat kami lari tunggang langgang itulah,  banyak  kelompok  kami  yang menjadi korban,  terutama ;  anak-anak kambing, kambing hamil, dan kambing  tua, pada umumnya mereka mati karena kelelahan, masuk ke jurang, kena perangkap, dan ada juga yang terinjak dengan kaki besar raksasa peroboh batang kayu hutan tersebut”, kata utusan kambing hutan kehadapan para peserta kongres, sambil terisak-isak mengenang anak, bini dan keluarganya yang sudah mati disebabkan karena penggundulan hutan.
“Yang mulia, kami mohon kepada Yang Mulia si Raja Kambing, tolonglah nasib kami si kambing hutan. Kami hampir tidak mampu lagi mempertahankan hidup di tengah hutan, karena tempat hidup kami dari hari ke hari, selalu saja diganggu oleh para pencuri kayu-kayu balak di hutan tersebut,….tolonglah kami Raja Kambing”, pinta utusan kelompok kambing hutan kepada sang Raja kambing.
“Ooohhh….iya….,Raja,….perlu diketahui pada saat ini, tidak saja hutan belantara tempat tinggal kami yang gundul, tetapi air yang mengalir dicelah-celah hutanpun sudah mengering, selanjutnya pusat  air  yang terdapat  di anak-anak sungaipun sudah juga mengering walaupun tidak di musim kemarau. Kemudian jikapun ada airnya,  tetapi tidak dapat kami minum, karena sudah mengandung racun berbahaya. Perlu kami beritahukan, pada suatu hari ada seekor dari kelompok kami  yang langsung mati seketika setelah beberapa saat meminum air anak sungai tersebut”, ujar utusan kelompok kambing hutan menyampaikan laporan dan pandangannya dihadapan para peserta kongres.
Sebelum utusan tersebut menutup laporannya, diapun memberikan pandangannya, sebagai berikut :
“Hai para peserta kongres, mengingat hidup kami pada saat ini diambang kepunahan, maka kami berharap agar kita bangsa kambing harus melakukan perlawanan kepada raksasa-raksasa yang selalu membabat dan menggunduli hutan kayu tersebut. Kita harus bersatu padu melawan bencana lingkungan tempat tinggal para bangsa kambing hutan. Bila perlu Sekarang sudah masanya  kita bergabung kekuatan dengan para makhluk penghuni hutan lainnya…”, seru utusan kelompok kambing hutan dengan semangat dan berapi-rapi, sambil menutup laporan dan pandangannya dihadapan para peserta kongres.
Kambing Bandot.
Tidak jauh berbeda dengan utusan kambing hutan dalam memberikan kata pembuka pada acara penyampaian laporan dan pandangan umumnya.
Utusan kambing bandot, dengan nafas terengah-engah karena terserang  penyakit semput, membacakan materi laporan dan pandangan umumnya sebagai berikut :
“Bangsa kambing yang saya cintai…., kami para kambing bandot, dari sejak dahulu sampai sekarang selalu saja disingkirkan oleh para tuan-tuan yang memelihara kami. Ibarat pepatah,”Habis manis sepah dibuang”, itulah yang pantas buat kami, selama ini. Ingin saja kami dibunuh sebelum kami tua reot seperti ini. Namun para tuan-tuan kami, tidak mau demikian. Mereka sengaja mengisap seluruh sari kami sampailah kami tua dan tidak berguna. Sebenarnya kalaulah mau disadari, seluruh bangsa kambing yang hadir di arena kongres ini, berasal dari kami. Kamilah yang membuat generasi kambing ini, tetap hidup dari hari kehari. Untuk itu, kami para kambing bandot, mohon kepada Raja kambing, agar pada suatu masa nanti nasib dan hidup kami diperhatikan. Tolong sampaikan kepada para majikan kami, agar kami diperlakukan sebagaimana kambing-kambing muda yang masih gagah dan cantik. Janganlah sia-siakan kami, walaupun pada saat ini kami tidak lagi dapat  menghasilkan daging dan susu segar”, ujar utusan kambing bandot dihadapan Raja kambing dan peserta kongres.
Kemudian dengan menitiskan airmata-nya yang tidak lagi bening, utusan kambing bandotpun melanjutkan laporan dan pandangan umumnya.
“Yang Mulia Raja kambing,…tolong sampaikan kepada para majikan kambing, perlakukan kami secara adil, tolong berikan makanan yang cukup kepada kami, mandikan dan sisirkan janggot kami yang telah lebat panjang tak terurus ini. Kami tidak mau dikatakan si bandor Tua tak terurus dan menyusahkan orang. Kami juga dahulunya sudah banyak memberikan keuntungan kepada para majikan kami. Tolonglah Yang Mulia sampaikan keluh kesah kami ini kepada  para Majikan kambing”, pinta utusan kambing Bandot kepada Raja kambing dan seluruh delegasi kambing yang hadir pada kongres tersebut.
“Yang Mulia, menurut pandangan kami, hidup para kambing bandot dapat saja damai dan tentram dihari tuanya, jika yang Mulia mau memerintahkan kepada para Jago-jago kambing dan induk-induk kambing untuk berhenti melahirkan kambing atau ber-KB. Apabila para majikan marah, sampaikan pesan kami bahwa  hal ini  permintaan dari para kambing bandot. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga buat para jago dan induk kambing. Buatkan kesepakatan, antara  majikan dengan para jago dan induk kambing, induk kambing dapat melahirkan anak kambing dan memberikan susu kambing, jika dihari tua nanti para jago dan induk kambing tersebut tetap dipelihara dengan baik seperti pada saat ini. Itulah kira-kira pesan dan permohonan kami kepada Raja dan peserta kongres”, ucap utusan kambing bandot seraya menutup laporan dan pandangannnya.

Kambing Domba.
Setelah utusan kambing bandot menyampaikan laporan dan pandangan umumnya, selanjutnya penyampaian laporan diberikan kesempatan kepada utusan kambing domba.
Diantara peserta kambing yang hadir dikongres tersebut, kambing dombalah yang paling ganteng dan cantik-cantik raut wajah dan bentuk rupanya.
Bulunya yang ikal dan lebat, dengan tanduk yang indah menambah kecantikan buat  sipara kambing domba.
Sama halnya dengan utusan terdahulu, kambing dombapun memberikan ucapan selamat dan mengucapkan yel yel kepada para peserta kongres, sebelum membacakan laporan dan pandangan umumnya.
“Seluruh peserta kongres yang kami hormati, kami kelompok kambing domba, dari tahun ketahun, dari masa ke masa, memang hidup berkecukupan, tetapi seluruh jiwa dan raga kami, terkekang dengan aturan-aturan ketat yang diberlakukan oleh para majikan. Namun setelah kami pikir – pikir dengan matang, kamipun memberikan kesimpulan, bahwa walaupun kami terkekang tetapi di satu sisi hidup kami sampai ketua lebih terjamin jika dibandingkan dengan nasib kambing hutan, saudara kami. Kemudian kamipun mendengar keluh kesah dari saudara tua kami si kambing bandot. Kami setuju dengan apa yang disampaikan oleh si kambing bandot. Hal itu juga yang kami alami. Bedanya jika kambing bandot, dipelihara dan dibesarkan untuk dijadikan induk dan diambil susunya, kami para kambing domba dibela dan dibesarkan untuk diambil bulu kami yang cantik nan indah bentuknya. Sebenarnya sich, kami sangat tidak setuju, jika bulu-bulu kami selalu dicukuri oleh para majikan. Apalagi hidup dengan majikan yang serakah dan tak tahu terimakasih. Sudahlah bulu kami dicukuri dan digunduli, setelah itu kami tidak diberikan kain penghangat dan tempat tinggal yang layak. Banyak juga teman-teman kami  yang mati kedinginan setelah bulu-bulunya dicukuri habis oleh para majikan.”, ungkap utusan kambing domba kepada sang Raja Kambing dan seluruh hadirin yang hadir di kongres tersebut.
“Selanjutnya….perlu juga kami ucapkan,  Yang Mulia tolong sampaikan kepada para majikan kami, agar selalu merawat dan memelihara kami dengan baik, jangan mereka hanya mau mengambil hasil dari bulu kami yang cantik dan indah ini saja. Setelah bulu ini dicukuri habis, tolong juga kami diberikan makanan penghangat dan selimut tebal serta tempat tinggal dipondok-pondok yang cukup penghangatnya, agar kami dapat terus bertahan hidup. Kemudian sampaikan juga kepada para majikan, jika mereka tidak mau memelihara kami dengan baik setelah bulu-bulu kami digunduli, maka kami akan berhenti memproduksi bulu domba, biarlah kami seluruhnya mati kedinginan dan kelaparan”, ujar  utusan kambing domba kepada sang Raja kambing, sambil menutup laporan dan pandangannya.

Kambing Kacang
Kambing kacang, sesuai dengan namanya maka bentuk tubuh kambing inipun seperti biji kacang tanah, bulat dan kecil-kecil ukurannya. Namun demikian penduduk kampung sangat banyak memelihara jenis kambing ini, karena hidupnya tidak susah.
Makanan kambing inipun tidaklah sulit didapat. Kambing ini cukup diberikan makanan  daun – daunan yang banyak terdapat disekitar kampung, seperti daun ubi dan daun nangka. Kemudian memelihara kambing inipun tidak sulit, setiap hari hidupnya bebas berkeliaran di tengah kampung, dan setelah senja hari barulah mereka digiring masuk kandang oleh majikan yang memeliharanya.
Pada kongres kali ini, utusan kelompok kambing kacang turut juga hadir serta  memberikan laporan  dan  pandangan umum kepada peserta kongres.
“Saudara-saudaraku para bangsa kambing….,kami akui diantara peserta yang hadir, kamilah yang paling kerdil. Namun kami juga telah memberikan sumbangan reski kepada para majikan yang memelihara dan membele kami. Kami diperjual belikan oleh para majikan dan disembelih kepala kami demi memenuhi kebutuhan daging para umat manusia. Kami tidak marah dan kecewa, namun permintaan kami, tolonglah sampaikan kepada para majikan yang memelihara kami, agar kami pada malam hari diberikan penerang yang cukup dan di-asapi, agar nyamuk-nyamuk nakal tidak menghisap darah kami. Kemudian walaupun kami bisa hidup bebas, tolong juga perhatikan dan bimbing kami, agar kami tidak ditabrak oleh binatang-binatang besi yang berkeliaran di tengah jalan. Itu sajalah permintaan kami”, kata utusan kambing kacang mengakhiri laporan dan pandangannya.
Setelah utusan kambing kacang, memberikan laporan dan pandangan umum, selanjutnya kesempatan diberikan kepada kambing benggali.

Kambing Benggali
Kambing benggali ditakdirkan  memiliki bentuk tubuh yang besar dengan tanduk yang kokoh dan kuat. Untuk itulah kelompok kambing benggali ini dari sejak dahulu kala selalu dipilih menjadi raja di raja para bangsa kambing-kambing seluruh dunia.
Selain memiliki bentuk tubuh yang besar dan gagah, suara embekan kambing benggali juga nyaring dan menakutkan, apalagi jika dia sedang marah.
Tidak jauh berbeda dengan utusan-utusan kambing terdahulu yang telah menyampaikan laporan dan pandangannya, utusan kambing benggalipun, memulai laporannya dengan kata sambutan dan teriakan yel-yel,…”Hidup bangsa kambing…..hidup bangsa kambing…..hidup bangsa kambing….”.
“Seluruh bangsa  kambing yang kami  banggakan. Kita semua menyadari, bahwa hidup dan mati kita pada umumnya terletak pada para majikan. Hanya saudara kita kambing hutan saja yang hidup tanpa dipelihara oleh para majikan. Dahulunya nenek moyang kita juga hidupnya dihutan. Lama kelamaan, bangsa kita dipelihara oleh para majikan, termasuklah kami dari kelompok kambing benggali. Mungkin itu semua sudah kehendak dari Tuhan Yang Maha pencipta. Kita bangsa kambing ditakdirkan menjadi bangsa yang terus menerus di bawah kekuasaan para majikan. Karena kita menghasilkan daging yang enak, susu berkahsiat, bulu yang indah dan kulit yang tebal untuk dijadikan alat gendang. Untuk itu, kita tidaklah perlu kecewa dan merasa diperlakukan tidak adil. Sepanjang hidup kita dijaga dan dipelihara oleh para majikan dengan layak, dan hidup rekan kita kambing hutan dilindungi oleh negara, maka kita bangsa kambing harus tetap memberikan yang terbaik kepada para majikan yang memelihara dan merawat kita. Perlu kami sampaikan, nasib kami kambing benggalipun tidak jauh berbeda dengan kambing bandot, kambing kacang dan kambing domba. Setelah dewasa, dan menghasilkan daging yang cukup serta susu yang banyak, kamipun disembelih dan diperasi putting  susu kami oleh para majikan, untuk diambil susu segarnya.
Dalam hitungan kami, berkenaan dengan nasib dan takdir kita, semuanyanya sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Perlu juga kita renungkan, bahwa para majikan yang menyembeli dan mengambil susu kamipun juga akan mati seperti kita, Jika mereka tidak benar merawat dan memelihar kita, maka mereka akan mendapat lakhnat dari Tuhan YME, karena telah menyia-nyiakan hidup kita sesama ciptaan Tuhan.
Untuk itu, dalam kesempatan ini, perlu kita satukan pandangan, agar raja kita nantinya dapat menyampaikan permohonan dari kita bangsa kambing, agar para majikan yang memelihara kita dan negara tempat tinggal kita, agar benar-benar melindungi hidup kita dan memperlakukan kita dengan baik. Apabila para majikan dan negara, tidak mau peduli dengan kita bangsa kambing, maka kita harus melakukan demonstrasi bila perlu melakukan mogok makan dan minum, biarlah kita mati semuanya, agar nantinya majikan kita juga mengalami kerugian besar. Tidak itu saja, kita juga akan melakukan boikot yaitu menghadang masuknya seluruh produksi yang dihasilkan oleh bangsa kambing, seperti daging kambing, susu kambing, bulu kambing dan kulit kambing, serta barang –barang lainnya yang dihasilkan dari tanduk dan tulang kambing termasuk kotoron kambing”, seru utusan kambing benggali berapi-rapi dan penuh semangat.
Setelah selesai kambing benggali menyampaikan laporan dan pandangan umumnya, selanjutnya kesempatan terakhir diberikan kepada utusan khusus, yaitu dari kelompok kambing hitam.

Kambing Hitam
Kelompok kambing hitam bisa saja berasal dari kelompok kambing-kambing lainnya, asalkan seluruh tubuhnya berwarna  hitam termasuk gigi dan tulang belulangnya.
Kambing hitam ini selalu juga disebut dengan kambing siluman. Kehadiran kambing ini selalu saja tiba-tiba, jika para kambing-kambing lainnya yang mau disembelih dan diremasi  puting susunya sudah tidak ada lagi.
Biasanya para majikan, akan menyembelih kambing hitam, jika majikan tersebut tidak ada jalan lain, agar dia bisa terselamat dari marabahaya.
Kambing hitam yang akan dimajukan sebagai tumbal demi keselamatan sang majikan.
Nasib kambing hitam sungguh teragis, ibarat pepatah,”Orang yang makan nangka, dia yang kena getahnya”.
Berbeda dengan nasib kambing hitam, meskipun nasib bangsa kambing ditakdirkan  untuk disembelih dan diambil susunya, namun kambing-kambing lainnya, hidupnya selalu dijaga dan dirawat oleh para majikan yang memeliharanya. Untuk itu wajar jika setelah kambing-kambing tersebut tumbuh dan berkembang besar, sebagai tanda jasanya, dia disembelih dan diperah untuk diambil daging dan susu segarnya.
Sementara si kambing hitam, dia besar dan hidup sebatang kara, tanpa dipelihara dan dibesarkan oleh sang majikan, kemudian tanpa diketahui olehnya, dia pula dikorbankan untuk dijadikan santapan segar nan lezat dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Makanya dalam kesempatan kongres tersebut, kambing hitampun memohon kepada sang Raja Kambing, agar dia tidak dimasukkah ke dalam kelompok kambing-kambing, karena sesungguhnya dia bukanlah berasal dari suku bangsa kambing, sebagaimana kambing-kambing lainnya.
Namun permintaan kambing hitam tersebut tidak tolak dan disetujui oleh sang Raja kambing dan seluruh delegasi bangsa kambing yang hadir di acara kongres tersebut. Mereka sepakat, tetap memasukkan si kambing hitam merupakan bagian dari suku bangsa kambing-kambing, karena mereka berkesimpulan, “Setiap makhluk yang mau dijadikan tumbal dan disembelih tenggorokannya  serta diperah susu segarnya, termasuk golongan kambing”.
Sungguh malangnya nasib si kambing hitam, dan
Para suku bangsa kambing-kambing….!!!

Ditulis Oleh Pada Rab 01 Mei 2013. Kategory Cerpen/Opini, Terkini. Anda dapat mengikuti respon untuk tulisan ini melalui RSS 2.0. Anda juga dapat memberikan komentar untuk tulisan melalui form di bawah ini

Komentar Anda

Radar Kepri Indek