; charset=UTF-8" /> MEWUJUDKAN KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW DALAM PILKADA SERENTAK 2020 - | ';

| | 359 kali dibaca

MEWUJUDKAN KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW DALAM PILKADA SERENTAK 2020

Oleh: AJ Suhardi

 

“Sebaik-baiknya pemimpin di antara kamu adalah orang yang mencintai kamu dan kamu pun mencintainya. Sebaliknya, seburuk-buruknya pemimpin di antara kamu adalah orang yang membencimu dan kamu pun membencinya.” Cuplikan ini mengisyaratkan bahwa sosok pemimpin dalam setiap akivitas mestinya menjadi figur menarik yang penuh dengan mahabbah dan rasa cinta.

Pemimpin yang terbaik adalah pemimpin yang memiliki penguasaan diri untuk memimpin dan dipimpin. Maka idealnya seorang ‘pandito ratu ’, adalah a man of nothing to loose. Tipe pemimpin seperti ini tidak akan khawatir kehilangan apa-apa dari dirinya, jangankan harta benda, nyawapun dipertaruhkan demi pengabdiannya. (Emha Ainun Nadjib, Markesot Jilid 2, 2011) Tren demokrasi yang marak menjelang suksesi kepemimpinan dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2020 ini menjadi fenomena menarik di negeri kita.

Beraneka ragam potret wajah bakal calon atau kandidat menghiasi hampir di setiap pojok tatapan mata. Semuanya menarik perhatian, banyak sentuhan kata-kata manis, janji-janji dan harapan-harapan. Kata kuncinya tidak lain adalah ‘pilihlah kami, sebagai pemimpin anda!’
Tidak sedikit modal yang dikeluarkan demi menggalang kekuatan massa, gengsi dan sensasi bercampur dengan rasa percaya diri, meski terkadang tidak bercermin diri.

Ada juga yang justru menjadikan Pilkada ini sebagai lahan basah untuk mengeruk keuntungan. Nampaknya rumah sakit jiwapun perlu dipersiapkan dengan fasilitas yang layak bagi mereka yang tidak siap gagal dalam Pilkada serentak tanggal 09 Desember 2020 kelak.
Rakyat dituntut untuk cerdas dan bener-benar dapat mengunakan akal sehat dalam menentukan pilihannya. Jangan pernah terprovokasi dengan anekdot “katanya…., katanya…., dan katanya….”, namun lihatlah secara rasional seperti apa sesungguhnya (‘nyatanya’). Untuk itu rakyat harus senantiasa diberikan pemahaman yang tepat dan benar, agar dapat menggunakan pikiran yang rasional dalam menentukan pilihan.

Melalui pertimbangan yang rasional dan menggunakan akal sehat, tanpa dinodai kecurangan-kecurangan berpolitik, diharapkan dalam Pilkada serentak bulan Desember 2020 nanti, akan terpilih pemimpin-pemimpin terbaik di negeri ini. Baik di tingkat provinsi (gubernur dan wakil gubernur) maupun tingkat kabupaten/kota (bupati dan wakil bupati/wali kota dan wakil wali kota). Seandainya belum mampu mewujudkan pemimpin terbaik, maka jatuhkanlah pilihan agar pemimpin yang buruk menurut perspektif umum tidak terpilih sebagai pemimpin.

Maka, selain visi dan misi kandidat yang dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam menjatuhkan pilihan, rekam jejak perjalanan karir, kehidupan sosial dan akhlak kandidat pun perlu di pertimbangkan. Apakah selama ini kandidat tersebut aktif dalam kegiatan bermasyarakat, peduli atau empati terhadap sesama, rajin beribadah, manjadi tauladan di tengah-tengah masyarakat dan menunjukkan moral, etika serta akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat?.

Menyangkut pertimbangan atas perjalanan karir kandidat, idealnya calon pemilih harus benar-benar cerdas melihatnya. Biasanya rekam jejak karir kandidat hanya diketahui oleh masyarakat di lingkungan terbatas atau hanya di lingkungan tempat kandidat tersebut bekerja/mengabdi. Masyarakat awam biasanya hanya dapat melihat atau mengetahui kedudukan atau posisi kandidat dalam berkarir, bukan proses mendapatkannya. Masyarakat awam akan sulit memahami bagai mana kandidat tersebut mendapatkan karir di lingkungan pengabdiannya.

Tidak sedikit perjalanan karir itu hanya karena faktor keberuntungan atau kebetulan “bintang sedang di atas kening”. Ada juga perjalanan karir yang didapat, atas dasar kemampuan melakukan lobi, kemampuan “menjilat”, kolusi dan pertimbangan politis lainnya, seperti kekeluargaan, etnosentris, balas jasa dan lain-lain. Perjalanan karir yang patut dijadikan pertimbangan dalam menjatuhkan pilihan adalah perjalanan karir yang diperoleh karena faktor intelektualitas, integritas dan propfesionalitas, bukan karena faktor-faktor yang lain.

Di Era milenial ini, masyarakat mendambakan sosok pemimpin yang benar-benar berkualitas, pemimpin yang visioner, dapat menjadi panutan/tauladan, empati, terpercaya, professional, berintegritas dan berakhlak mulia. Pemimpin yang dicintai dan mencintai rakyatnya, pemimpin yang totalitas mengabdikan dirinya untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk kepentingan kelompok, partai atau pribadinya dan lain-lain, seperti kepemimpinan di zaman Rasullullah Muhammad SAW.
Kalaupun mustahil menghadirkan pemimpin yang memiliki kualitas dan karakter mulia/agung seperti Rasullullah Muhammad SAW, minimal pilihlah pemimpin yang benar-bener bagus akhlaknya, minimal mengenal jalan menuju ke Masjid, teruji kemampuan kepemimpinannya, memiliki kepekaan serta empati yang tinggi dan pemimpin yang dapat ditauladani. Sebisa mungkin upayakanlah pemimpin yang memiliki tipe atau sifat kepemimpinan Rasullullah Muhammad SAW, antara lain:

Pertama, Siddiq (jujur). Sifat jujur identik dengan integritas seorang pemimpin. Sifat jujur mutlak/harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Jujur untuk menghargai orang lain, jujur untuk mengakui kesalahan dan kekurangan, serta jujur dalam menyampaikan fakta dan kebenaran. Rasullullah Muhammad SAW sendiri pernah bersabda, “Bersikap jujurlah kamu karena kejujuran itu akan mengantarkan orang pada kebaikan dan kebaikan menunjukkan jalan ketaqwaan.”

Kedua, Amanah (dapat dipercaya/trust). Rasullullah Muhammad SAW mendapatkan gelar al amiin (orang yang dapat dipercaya untuk menunaikan amanah). Sampai-sampai Siti Khodijah jatuh hati, karena kesuksesan Beliau dalam mengemban amanah, khususnya dalam perniagaan. Demikian pula keberhasilan dakwah dan penyebaran Islam karena Rasullullah Muhammad SAW amanah dalam mengemban risalah.
Dalam surat an Nisa 58, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila menetapkan hukum di antara manusia, supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Ketiga, sifat Tabliq (menyampaikan pesan faktual, nyata dan benar). “Sampaikanlah olehmu kebenaran itu meskipun pahit”. Tentunya seorang pemimpin wajib memiliki keberanian untuk menyampaikan kebenaran. Tegas dan lugas, termasuk dalam menerapkan supremasi hukum dan keadilan. Tentunya seorang pemimpin harus cermat mengemas komunikasi yang sesuai dengan bahasa yang dapat difahami oleh rakyatnya. Sehingga setiap pesan moral, visi dan misi yang diembannya menjadi semangat bersama untuk membangun masyarakat, sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW sukses membangun Yastrib menjadi Kota Madinah.

Keempat, Fathonah (intelektual, cerdas dan bijak) Kecerdasan Rasulullah Muhammad SAW membaca hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi saat itu melahirkan ide-ide cemerlang menuju perubahan masyarakat. Keputusan jihad dan hijrah merupakan kompilasi dari kecerdasan Rasulullah Muhammad SAW.
Penyatuan umat yang terpecah dalam perbedaan suku dan kabilah saat itu membutuhkan strategi jitu. Fakta kejelian dalam menempatkan pemimpin sebagai pelak¬u perubahan masyarakat saat itu (agent of change) menjadi bukti intelektualitas Rasullullah Muhammad SAW sebagi pemimpin visioner. The right man on the right job.
Gaya dan metode kepemimpinan Rasullullah Muhammad SAW, yang sangat dirindukan di sepanjang zaman adalah prinsip Beliau yang selalu mengutamakan kepentingan umum dan selalu menghargai profesionalisme umatnya. Rasullullah Muhammad SAW piawai menjelaskan tujuan kebijakan yang akan dijalankan, selalu menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah difahami, sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
Disamping itu faktor utama yang paling mementukan keberhasilan Rasullullah Muhammad SAW adalah kedekatan Beliau kepada Allah SWT.

Faktor yang satu ini terkadang dimanipulasi oleh para bakal calon untuk merebut simpati para pemilih. Terlihat aneh dan lucu menyaksikan tiba-tiba menjelang Pilkada banyak kandidat yang mendadak rajin ke Masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya.
Ada juga yang mendadak rajin berpakaian muslim seperti Ustadz/Ustadzah, rajin menyantuni anak yatim, rajin mengunjungi panti-panti asuhan dan panti-panti jompo, rajin bersedekah dan sebagainya. Padahal sebelumnya semua perbuatan itu jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Maka, dalam hal ini calon pemilih harus cerdas menggunakan akal sehat dan pertimbangan rasional, jangan sampai terkecoh terhadap manipulasi konsisi semacam ini.

Kandidat yang dulunya tidak pernah bertegur sapa, kini ramah luar biasa, telepon genggamnya yang tidak pernah bisa dihubungi, kini dengan mudah untuk dihubungi. Banyak lagi perilaku janggal bahkan aneh yang dilakukan para kandidat di negeri ini, baik tingkat di provinsi, tingkat kabupaten atau kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Di sisi lain, mari kita berdoa semoga perubahan sikap, kebiasaan dan perilaku itu dilakukan secara konsisten atau tidak hanya menjelang Pilkada saja. Wallahu a’lam bis showab.

*( Asmara Juana Suhardi, ST.,S.IP.,M.Si, adalah Penasehat Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD. KAHMI) Kabupaten Natuna Kepulauan Riau.

Ditulis Oleh Pada Ming 08 Nov 2020. Kategory Cerpen/Opini, Terkini. Anda dapat mengikuti respon untuk tulisan ini melalui RSS 2.0. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

1 Comment for “MEWUJUDKAN KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW DALAM PILKADA SERENTAK 2020”

  1. kalau sistem memilih pemimpin masih dengan cara demokrasi maka TIDAK AKAN MUNGKIN (MUSTAHIL) akan mendapatkan sosok pemimpin seperti Rasulullah SAW beserta khulafaurrasyidin.

Komentar Anda

Radar Kepri Indek