Wartawan Radar Kepri Gadungan Tipu Pengusaha Tambang Ilegal
Tanjungpinang, Radar Kepri-Sore itu, Mnggu (16/06) pukul 16 47 Wib ponsel media ini bordering. Sebuah pesan singkat dari seorang rekan media berisi”Halo Agus, apa kabar dari Jimy. Katanya Agus yang bagi ya.. dimana pocc tulis.”demikian tulisan pesan media yang minta namanya tidak dipublikasikan.
Mencermati pesan tersebut, sepertinya pengirim pesan meyakini pemilik ponsel itu adalah Agus. Padahal nomor ponsel itu milik Aliasar, wartawan Radar Kepri yang bertugas di Tanjungpinang dan Bintan. Media ini kemudian menghubungi si pengirim pesan dan menerangkan, bahwa dirinya Aliasar bukan Agus seperti ditulis.”Waduh, berarti ada yang jual-jual nama Radar Kepri tu bang, ngakunya namanya Agus. Nanti saya coba cari tahu siapa Agus itu.”janji rekan media tersebut.
Selang beberapa saat kemudian media ini kembali mengontak si pengirim pesan.”Infonya Agus itu tinggal di batu 12, memang dia mengaku-ngaku dari Radar Kepri. Saya sempat mengingatkan dia (Agus) itu, karena saya kenal dengan pimred Radar Kepri.”kata rekan media disebuah media mingguan itu.
Namun rekan media itu tidak mengetahui di media apa Agus itu sekarang menulis.”Dulu pernah aktif di media mingguan terbitan Medan. Tapi sekarang tak tahu dimana. Informasinya, dia (Agus) itu dipercayakan Jimy untuk membagi-bagikan jatah bauksit. Agar tambang illegal Jimy tidak ditulis.”sebut sumber media ini.
Terpancing dengan ulah wartawan Radar Kepri “bodong” ini, awak media ini kemudian melakukan investigasi ke beberapa lokasi tambang biji bouksit illegal di daerah Tanjung Sebauk, Senggarang Besar dan Madong.
Sekitar pukul 18 06 Wib awak media ini tiba dilokasi tambang, milik Ami di-Bukit Ketam, Tanjung Sebauk, Senggarang Besar. Setiba dilokasi tersebut, terlihat puluhan mobil dumtruck serta loader, sedang stanbye. Usai mengantarkan hasil perut bumi Segantang Lada ini ke 4 unit tongkang yang berukuran besar sedang bersandar dipelabuhan tikus, Jeti.
Kemudia awak media ini menjumpai salah seorang sopir dumtruck dan berbincang denganya sopir dumtrck tersebut. Ketika ditanya siapa pemilik tambang yang ada dilokasi tersebut, sopir itu mengatakan.”Tambang ini milik Ami, dan Ami tidak ada disini.”katanya.
Sopir itu melanjukan.”Kalau saya sopir dan pemilik mobil, kapasitas saya disini, hanya menerima ongkos saja per-trip saja. Kalau dari sini ke pelabuhan sekitar 2 kilometer, jadi kami menerima ongkos satu trip Rp 2 2000 hingga Rp 2 3000 per-trip. Itu-pun minyak kita sendiri yang beli dengan harga non subsidi.”urainya.
Si supir menambahkan minyak di hantar oleh mobil tanki PT Pertamina.”Kesini 3 kali seminggu, sekitar 30 ribu liter.Minyak subsidi atau non subsidi saya tak tahu pasti. Kalau pengurus disini, namanya, Aseng yang punya mobil taff GT warna merah itu mas.”katanya sambil menunjuk mobil taff GT warna merah.
Kemudian setelah bercerita dengan sopir tersebut, sekitar Pukul 18:00 Wib awak media ini melanjutkan perjalanan kepelabuhan Jeti yang berjarak sekitar 2 kilo meter dari lokasi tambang tersebut. Setiba di pelabuhan itu, ternyata ada 4 unit tongkang. Ke 4 tongkang tersebut, 2 unit, ukuran besar bertulikan Samudra 6 dan 7 . dan ke 2 tongkang yang bertuliskan. Bukit Emas 2505 berukuran sedang serta 1 unit tugboat yang sedang bersandar di pelabuhan tersebut. Kedua tongkang yang kapasita sedang itu dipenuhi dengan biji bouksit yang siap berlayar.
Setelah awak media ini mengabadikan gambar dipelabuhan tersebut, awak media ini langsung meningalkan pelabuhan Jeti. Sebelum meninggalkan pelabuhan, awak media ini di hampiri oleh seorang laki setengah baya. Yang disinyalir menjaga ke empat tongkang tersebut, ketika ditanya siapa pemilik tongkang itu, bapak itu menjawab.”Ini punya Ami, bukan Jimy.”jawabnya.
Kemudian awak media ini langsung melanjutkan perjalanan menuju Tanjungpinang kota. Terlihat hampir seluruh daerah Tanjung Sebauk, Senggarang Besar hingga Sei Carang dan Sei Timun sudah terlihat memerah karena tanah yang mengandimng biji bauksit telah dikeruk oleh “penjahat ekonomi” ini.
Sumber media ini yang meminta namanya di rahasiakan mengatakan.”Tambang bouksit yang ada di kota Tanjungpinang ini susah di tertibkan. Karena semua oknum banyak berkepentingan, termasuk oknum wartawan. Supaya bapak ketahui, yang mengawal tongkang yang akan berangkat keluar negeri itu, di kawal oleh oknum sampai keperbatasan.” kata sumber itu.
Ketika ditanya selain oknum wartawan, oknum dari instansi mana saja yang berkepentingan ditambang illegal itu.? Pihaknya enggan menjelaskanya.”Di investigasi saja bang supaya dapat dibuktikan.”saran sumber media ini.(aliasar)