Mantan Karyawan Tambang Akui Pakai Solar Subsidi
Tanjungpinang,Radar Kepri-Sampai hari ini, Selasa (23/07) Polresta Tanjungpinang belum juga menangkap dan menindak tegas penyimpangan solar subsidi yang dipakai para penambang illegal berkedok cut and fill di wilayah hukum Polresta Tanjungpinang. Padahal, ratusan juta setiap harinya Negara dirugikan akibat penyelewengan solar subsidi.
Akrifitas “maling” solar subsidi yang dipakai untuk industri ini, hampir setiap hari terjadi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di kota Tanjungpinang ini. Mungkinkah, ada oknum polisi yang menerima “upeti” dari pencurian solar subsidi yang dipergunakan untuk industri (tambang bauksit, red) ?. Inilah kecurigaan masyarakat, sebagai akibat tidak adanya tindakan hukum terhadap “penjarah” solar untuk rakyat miskin ini.
Selasa (23/07) media ini menggelar investigasi di dua SPBU, yakni SPBU di Jl DI Pandjaitan di kilometer 7 dan SPBU di kilometer 10, tepatnya di depan hotel Confort. Hasilnya, puluhan dumptruk berkapasitas belasan ton dengan lumpur bauksit yang masih melekat di body dan bannya, terlihat antri mengisi BBM jenis solar. Selain merugikan keuangan Negara akibat penyelewengan solar subsidi ini, warga juga mengeluh.
Pasalnya, antri “ular besi” alias dumptruk ini menyita hampir setengah jalanan, sehingga kemacetan tak bisa dihindari.”Kemana sih Polantas, kemacetan separah ini, kok tak polisi atau Dishub yang mengurai.”gerutu Joni, seorang supir anggkutan kota yang terjebak dalam kemacetan panjang itu.
Pemandangan ini hampir setiap pagi terjadi di kawasan SPBU, bukan SPBU Batu 7 dan batu 10 saja. Hampir seluruh SPBU di pulau Bintan ini mengalami hal yang sama. Biang keroknya, diduga “penjarah” hasil perut bumi alias penambang bauksit illegal di Tanjungpinang dan Bintan yang sangat membutuhkan BBM jenis solar.
Ratusan ton BBM jenis solar subsidi mengalir ke tambang bauksit setiap harinya.”Hitung saja berapa banyak penambang bauksit di Tanjungpinang dan Bintan ini. Hingga ke Dompak sana. Itu semua (penambang, red) memakai minyak solar subsidi, karena mereka tidak memiliki DO (Delivered Order) industry-nya.”beber Jr (45), warga Tanjungpinang.
Hal senada diungkap Am (40), warga Bintan Center ini membenarkan pernyataan Jr.”Kalau masalah para pengusaha tambang biji bauksit itu memakai BBM subsidi, itu benar itu mas. Karena saya, dulu bekerja di salah satu perusahaan tambang. Kini saya sudah tak bekerja itu lagi.”kata Am. Ketika ditanya mengapa tak bekerja lagi di perusahaan tambang.”Saya mau cari pengalaman kerja lain.”jelasnya.(aliasar)