Disdik Biarkan Bocah Putus Sekolah Jual Koran
Tanjungpinang, Radar Kepri-Pesta bertajuk Kampung Pendidikan yang dihelat Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Tanjungpinang selama 3 hari 3 malam di lapangan Pamedan A Yani tidak serta merta merubah nasib bocah penjual koran di kota Gurindam ini. Bocah penjual koran dan putus sekolah karena tak punya biaya tetap harus banting tulang demi sesuap nasi.
Ironi ini terlihat Rabu (13/05) malam, dua orang bocah berinisial RK (12) dan BD (12) mengenakan baju kaus biru dan celana pendek tanpa alas kaki terlihat menjajakan koran harian lokal terbitan Batam pada sejumlah pengunjung yang sedang menikmati kuliner di Pujasera Akau Potong Lembu.
Uniknya, ketika awak media ini hendak mengabadikan gambar, kedua tunas bangsa tersebut langsung lari.Keduga bocah ini menghindar jepretan kamara, sepertinya sudah diberitahukan oleh koordinatornya.
Anehnya meskipun telah beberapa kali disorot oleh media ini, terkait dengan tunas bangsa yang seharusnya duduk di bangku pendidikan dan bermain seperti bocah lainya, malah rela berembun dimalam hari, berpanas disiang hari demi mencari sesuap nasi. Dinas terkait terkesan masa bodoh.
Sehingga wajar jika timbul kesan acara kampung pendidikan ala dinas pendidikan Tanjungpinang pimpinan Dadang AG menghambur-haburkan uang rakyat dan diduga untuk kepentingan politik.
Karena, disaat pemerintah mewajibkan setiap anak bangsa sekolah selama 12 tahun. Namun, kewajiban pemerintah pusat tersebut terlihat tidak berjalan di Tanjungpinang, umumnya Provinsi Kepulauan Riau (Prov Kepri).
Sementara dana yang dianggarkan pemerintah untuk pendidikan, mencapai 20 persen APBD tiap tahunnya. Dengan anggaran melimpah tersebut, anak Indonesia di kota Tanjungpinang umumnya Prov Kepri banyak putus sekolah dan jadi penjual koran. Kemana raibnya milyaran rupiah dana pendidikan yang dikucurkan pemerintah tersebut ?.
Banyak program dinas pendidikan, khusus Dinas Pendidikan Kepri yang telah jauh melenceng dari tujuan peningkatan di alokasikannya 20 persen APBD. Tujuan utama HM Sani selaku Gubernur Kepri untuk menghilang anak putus sekolah dan buta aksara, terkesan masih jauh panggang dari api akibat kebijakan Kadisdik Kepri yang tidak jelas.(aliasar)