; charset=UTF-8" /> SMAN 1 Borong Juara Puisi di Festival Drumband dan Lomba Baca Puisi - | ';

| | 227 kali dibaca

SMAN 1 Borong Juara Puisi di Festival Drumband dan Lomba Baca Puisi

Tanjungpinang, Radar Kepri- Festival Drumband dan puisi yang diselenggarakan pihak Stisipol Raja Ali Haji, Sabtu (30/3) berjalan sukses. Kendati masih ada kekurangan yang perlu untuk dibenahi untuk lebih menyempurnakan kegiatan tersebut kedepannya.

Festival ini, menurut ketua kordinasi acara, Lamhot, akan menjadi event tahunan Stisipol. Hal ini dikatakannya melihat minat peserta yang mengikuti acara tersebut. Tidak lupa, ia juga mengucapkan terimakasih bagi para peserta yang sudah berpartisipasi meramaikan festival drumband dan puisi yang pertamakalinya diadakan Stisipol dalam memperingati Alumni akbar Stisipol.
Festival ini dibuka oleh kepala dinas Kota Tanjungpinang, Dadang.

Dadang bahkan dengan setia duduk dikursinya menyaksikan tim drumband antar sekolah yang mengikuti festival itu. Usai 7 tim peserta tampil, acara dilanjutkan dengan lomba baca puisi yang diikuti 17 peserta, namun 2 peserta didiskualifikasi. Sehingga jumlah peserta mengerucut menjadi 15. Dari 15 peserta peserta dari MAN Tanjungpinang merupakan peserta paling banyak, dengan mengirimkan 7 wakilnya.
Namun sayangnya, dari 7 peserta tersebut tidak satu orang pun yang berhasil meraih title juara. Sebaliknya, 3 peserta dari SMA 1 (Smansa) Tanjungpinang, memborong semua gelar juara. Mulai dari juara tiga, dua dan satu.
Bahkan saat nomor peserta 11 atas nama Anggini Sitti Nurbalisha pelajar Smansa yang tampil pertama dari dua rekannya yang lain sudah menebarkan pesona sang juara. Hal ini pun dikatakan salah seorang penonton yang duduk persis disamping penulis. “Waduh, total sekali penampilannya. Bulu kuduk saya merinding”, sebutnya.
Aura yang dipancarkan Anggini saat membacakan puisi yang berjudul “Sandiwara Cura” buah penanya sendiri mampu menghipnotis penikmat puisi yang hadir. Bukan hanya tangan namun matanya pun ikut berekspresi ingin menyampaikan makna puisinya. 3 juri yang memberikan penilaian, Heru Untung Laksono, Zainal Takdir dan Al Muklis memberi nilai 537 dan menjadikan Anggini sebagai juara satu mengungguli 2 rekannya, Putri dan Abbas.
Penampilan Anggini diakui memang sangat berbeda dari peserta lainnya, dari judul, penguasaan panggung dan juga ekspresinya memainkan matanya yang seolah ikut berbicara. Puisi hasil karyanya tersebut cukup banyak mengandung diksi. Sedangkan Muhammad Abbas atau yang akrab disapa Abbas, mengaku cukup puas dengan pencapaiannya berada diposisi kedua dengan nilai yang tidak terpaut jauh. Dengan nilai 527 peserta dengan nomor urut 15 ini tampil dengan kostum tak biasa. Puisinya yang berjudul “Ironi Cetera Laut”, penuh penghayatan dibawakannya dengan suara membahana. Kostum tak biasa Sarung Merah berbentuk celana membuatnya kian beda. Ia bahkan sempat menjadi bahan candaan mc acara yang dianggap tidak sesuai sebagai siswa kelas XI SMA.
Namun candaan mc itu dibalas Abbas dengan senyuman, bahkan saat dirinya dinobatkan sebagai juara kedua, candaan usil mc masih saja menggoda remaja tanggung ini. Namun tidak sedikit pun terbesit amarah diwajahnya. Ia justru membalas candaan mc Lamhot dengan anggukan dan senyum simpul.
Sedangkan Putri, yang berada di urutan ketiga berhasil mengumpulkan nilai 510 poin. Ketiga peraih title juara ini, berasal dari Smansa Tanjungpinang. dengan begitu, tidak satupun peserta dari sekolah lain mampu menembus 3 besar.

Menurut salah seorang juri, Zainal, kriteria penilaian terdiri dari nilai puisi 30%, inovasi panggung 40% dan lainnya hingga mencapai nilai 100%.
Namun dari 15 peserta, peserta dari SMK 3 Tanjungpinang, penampilannya cukup mencuri perhatian. Dengan membawa puisi tentang nelayan, remaja putri tersebut mengenakan kostum layaknya nelayan. Ia juga membawa keranjang yang biasa digunakan nelayan untuk meletakan ikan hasil tangkapan.
Maulana Zaki Mubarak, selaku guru dan pembimbing ketiga peserta itu tidak dapat menyembunyikan rasa bahagia atas prestasi 3 siswanya tersebut. Zaki, begitu ia akrab disapa, mengaku persiapan untuk lomba cipta dan baca puisi hanya satu hari. Ia juga menjelaskan, dirinya sebagai guru Bahasa Indonesia di Smansa hanya memberikan pengarahan seperlunya. Untuk karya murni dari anak-anak didiknya yang dianggap lebih mampu darinya dalam mencipta puisi. “Mereka kan masih fresh,” jelasnya merendah. (LANNI)

Ditulis Oleh Pada Ming 31 Mar 2019. Kategory Tanjungpinang, Terkini. Anda dapat mengikuti respon untuk tulisan ini melalui RSS 2.0. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

Komentar Anda

Radar Kepri Indek