Sikap patriotik mereka tidak memberikan suri teladan kepada kita karena posisi-posisi
kepemimpinan yang mereka duduki malahan dimanipulasi untuk kepentingan pribadi,
keluarga, kelompok, suku, atau agama masing-masing. Mereka bekerja karena pamrih alias
ingin mendapatkan imbalan semata.
Dengan sensasinya, mereka menyandang labelling selebriti dengan fenomena sosial
yang sensasional. Apalagi mereka mampu mengeksploitasi media dengan pernyataan-
pernyataan politiknya yang menarik untuk dipublikasikan sehingga mampu melahirkan
image (pencitraan).
Dalam sejarahnya, label pahlawan lebih dahulu disematkan sebelum selebriti sebagai
sosok yang dipuja masyarakat. Carlyle (dalam Santoso, 2014:434) menyatakan enam tipe
klasik yang cocok dalam periode historis, yakni pahlawan sebagai teologi, nabi, penulis,
pendeta, man of letters, dan raja. Seluruh tipe pahlawan memiliki kualitas yang menempatkan mereka terpisah dengan orang awam. Mereka telah melakukan sesuatu, bertindak dalam dunia, baik tertulis, pemikiran, pemahaman, maupun kepemimpinan.
Selebriti, disisi lain, tidak perlu melakukan salah satunya karena fungsinya tidak
untuk bertindak, namun terancang. Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan sejarah selebriti berkaitan erat dengan perkembangan teknologi media, meski tidak secara spesifik bergantung dengannya.
Brian Mcnair dalam bukunya Introduction to Political Communication membedakan
antara selebriti dan pahlawan, dimana pahlawan dikenal karena sepak terjangnya membela kepentingan orang banyak melalui kemampuan dirinya (self capability) karena itulah ia adalah big man, tetapi seorang selebriti justru dikenal berkat liputan media, karena itu disebut dengan big name.
Pahlawan saat ini harus bekerja dalam masyarakat yang semakin pragmatis,
transaksional, dan berpikir instan untuk kepentingan individual berjangka pendek. Sejauh diyakini benar, kerjakanlah dengan mantap meski kemantapan itu akan dinilai sebagai sensasi untuk mencari popularitas (Mahfud MD, 2007:127). Dalam hal ini, mungkin sudah zamannya jika sensasi digunakan sebagai teknik untuk mendapatkan substansi. Seperti yang kita lihat dalam tokoh berikut.
Di Mexico, ada Superbarrio Gomez, ‘superhero’ sungguhan dari ibukota Meksiko.
Ketika muncul di publik pertama kali pada Juni 1987, Superbarrio Gomez memakai kostum
ketat berwarna merah dengan logo di dada, jubah yang mengguntai di punggung, kancut kuning di luar, dan juga menggunakan topeng bergaya luchador atau pegulat gaya bebas khas