Tak Melayu Hilang di Dunia

Oleh : Hasrul Sani Siregar, S.IP, MA
Telah banyak pakar dan ahli sejarah yang sudah membedah dan menulis tentang peradaban dan sejarah Melayu khususnya di Semenanjung Malaysia.
Profesor Diraja Ungku Abdul Aziz salah satunya. Beliau adalah bekas Naib
Canselor Universitas Malaya dan dapat anugerah sebagai Profesor Diraja negara. Beliau cukup dikenal sebagai pakar ekonomi dan sumbangan beliau terhadap bangsa dan negara. Sumbangan beliau dalam hal gagasan dan
pemikiran khususnya dikalangan Melayu. “Melayu Perlu Berubah” merupakan salah satu pemikiran beliau mengenai rancangan Malaysia kesembilan (RMK-9).
Beliau banyak memberi pandangan dan gagasan terhadap isu-isu yang melibatkan ekonomi dan pendidikan di kalangan Melayu. Pemikirannya yang berpihak kepada Melayu yaitu dalam hal pelaksanaan Dasar Ekonomi Negara yang membantu Bumiputera Melayu menikmati kekayaan dan ekonomi negara. Sumbangan pemikiran yang banyak dinikmati oleh kalangan Melayu Malaysia hingga saat ini membentuk Lembaga Urusan dan Tabung Haji
Malaysia. Oleh sebab itu, pemikiran pemikiran beliau dalam kemajuan Melayu menjadi tantangan ke depan khususnya bagi generasi Melayu saat ini.
Tak Melayu hilang di dunia” salah satu buku yang ditulis oleh Ismail Noor dan Muhammad Azahan dan diterbitkan oleh Pelanduk Publications (M) Sdn Bhd, Selangor, Malaysia adalah salah satu buku yang menjadi inspirasi
bagi kalangan Melayu. Buku tersebut membicarakan perjalanan sejarah Tamadun Melayu di awal kegemilangannya hingga Melayu bertapak saat ini (baca : Malaysia). Buku yang secara lengkap memaparkan bagaimana orang Melayu, khususnya di Malaysia selama ini diperkatakan sebagai orang yang hanya bisa jalan di tempat, tanpa ingin meraih kemajuan dan kejayaan.
Orang Melayu sering diperkatakan sebagai orang yang “malas”, seperti juga yang pernah dikatakan oleh Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohamad dalam bukunya “Malays Dilemma”, tidak suka berusaha, kurang
pandai dan sebagainya seperti yang diperkatakan juga oleh penulis barat
bernama R.O. Winstedt. Orang Melayu dilabelkan sedemikian rupa agar label
tersebut melekat pada diri orang Melayu, namun tidaklah benar pendapat yang demikian. Fan sebenarnya Melayu mampu untuk berdepan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Apa yang disebutkan oleh R.O. Winstedt tersebut, diulas secara lengkap oleh Ismail Noor dan Muhammad Azahan dalam buku tersebut.
Intinya buku tersebut membantah pandangan dan pendapat R.O. Winstedt.“Takkan Melayu Hilang di Dunia”, memberikan pemahaman, bahwa orang Melayu dapat berprestasi secara gemilang dan sejajar dengan bangsa-
bangsa lainnya di dunia. Orang Melayu selalunya hanya “terpesona” dengan masa lalunya hingga ia melupakan masa kini yang penuh cabaran (tantangan) yang berat. Pandangan bahwa “Melayu Malas” telah dijadikan alat oleh penjajah Inggris untuk menundukkan orang Melayu untuk mencapai
kemajuan. Hal tersebut secara lengkap dijelaskan dan dipaparkan dalam buku tersebut.
Dalam sejarah harmonisasi hubungan antar etnis di Semenanjung Malaysia, tragedi 13 Mei 1969 merupakan peristiwa kelam bagi hubungan antar etnis di Malaysia. Kon8ik berdarah tersebut disebabkan oleh jurang
perbedaan khususnya di bidang ekonomi diantara beberapa etnis yang ada.
Oleh pemerintah Federal di Kuala Lumpur, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik, dengan menerapkan apa yang dikenal dengan.
Kebijakan Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang memungkinkan, pembagian ekonomi dapat merata diantara beberapa etnis yang ada. Dasar Ekonomi Baru (DEB) merupakan satu program sosial-ekonomi yang diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Perdana Menteri Malaysia saat itu Tun Abdul Razak.
Tujuan dari DEB tersebut adalah untuk mencapai perpaduan negara dan integrasi nasional dengan pengurangan kemiskinan dengan meningkatkan pendapatan dan menciptakan peluang pekerjaan untuk semua rakyat Malaysia tanpa adanya perbedaan etnik. Pada tahun 1991, DEB digantikan dengan Dasar Pembangunan Nasional (DPN), namun dalam prakteknya,
Pondasi DEB tetap menjadi landasan dalam pembangunan sosial ekonomi semua etnis.
Buku “Tak Melayu Hilang di Dunia” ini secara panjang lebar memaparkan kegigihan dan keuletan orang-orang Melayu khususnya Melayu yang ada di Semenanjung Malaysia. Keuletan dan ketekunan orang Melayu
telah memberikan penghormatan terhadap budaya Melayu itu sendiri, agar budaya Melayu tak hilang di dunia, apa yang hendak dimaksud oleh ke-2 penulis tersebut. Nilai-nilai murni dari budaya Melayu itu sendiri seperti
kepercayaan kepada tuhan (Allah SWT), keikhlasan, amanah, keyakinan pada diri sendiri, kejujuran dan tanggung-jawab merupakan hal yang patut dijaga agar nilai-nilai murni tersebut akan membentuk dan membawa masyarakat Melayu kearah kecemerlangan dan kejayaan dalam menghadapi era Globalisasi dan Liberalisasi di masa depan.
Oleh sebab itu, “Tak Malayu Hilang di Dunia”, merupakan re8eksi atas kesadaran orang-orang Melayu untuk dapat maju dan berkembang sejajar dengan budaya lainnya di dunia. Seperti ungkapan Dr. Mahathir Mohamad yang mengatakan “tak ada gunung yang tinggi tak dapat didaki, tak ada lurah yang dalam yang tak dapat dituruni”, menggambarkan, tekat orang
Melayu khususnya di Semenanjung Malaysia untuk dapat berkembang dan maju sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Dengan membaca buku ini, kiranya dapat memberikan pemahaman yang jelas dan sempurna dan tidak hanya memandang dari luarnya saja, tapi dilihat secara utuh.
Banyak tokoh-tokoh Melayu yang sudah berhasil dan berjaya yaitu dalam
bisnis, akademisi dan sebagainya. Wassalam.
Penulis adalah Alumni IKMAS, UKM, Malaysia/Widyaiswara Ahli Madya

BPSDM Provinsi Riau.

Pos terkait