Ketegangan bermula ketika Rizal mengunggah foto jalan rusak di Desa Sekanah, Kecamatan Lingga Utara, di akun Facebook pribadinya. Unggahan itu, kata Rizal, semata untuk menyampaikan aspirasi warga agar infrastruktur di desanya segera diperbaiki.
Namun, tak disangka, unggahan tersebut justru memicu kemarahan Safaruddin. Rizal mengaku dimarahi dan diperlakukan tidak pantas oleh Safaruddin di hadapan umum.“Dia maki-maki saya di depan orang ramai sambil memakai seragam dinas. Bahkan ponsel saya sempat dirampas dan saya direkam oleh temannya,” ujar Rizal kepada Radar Kepri.
“Saya tetap berusaha tenang dan tidak melawan karena tidak ingin tersangkut masalah hukum,” tambahnya.
Ketegangan berlanjut melalui pesan singkat WhatsApp. Rizal mengirim pesan kepada Safaruddin dengan nada sindiran:“Aku di Dabok ni, bos. Sudah puas kau maki saya?”
Alih-alih meredam suasana, Safaruddin justru membalas dengan kalimat yang memancing emosi.“Mental kau aku tahu. Sudahlah, jangan ngadu sana-sini macam anak-anak. Terima kasih sudah promosi gratis,” balas Safaruddin dalam pesan yang diterima redaksi.
Rizal menanggapi tantangan itu dengan sikap terbuka, namun menegaskan ingin segala sesuatunya dilakukan secara tertib hukum.“Saya siap melayani kalau dia ingin uji nyali. Tapi saya mau dibuat perjanjian di atas materai bahwa tidak ada tuntut-menuntut di kemudian hari,” katanya.
Menurut Rizal, tidak ada persoalan pribadi antara dirinya dan Safaruddin. Persoalan bermula semata karena unggahan foto jalan rusak yang hingga kini belum pernah tersentuh perbaikan oleh pemerintah daerah.“Harapan kami sederhana—jalan di kampung diperbaiki. Itu juga bagian dari janji kampanye istri Pak Safar, Ibu Mayasari, yang sekarang menjabat Ketua DPRD Lingga,” ujar Rizal.
“Seharusnya mereka berterima kasih, bukan malah marah. Tidak semua kondisi lapangan bisa dipantau pejabat,” tambahnya.
Publik mulai mempertanyakan sikap Bupati Lingga M. Nizar, yang dinilai tetap mempertahankan pejabat dengan perilaku tak pantas tersebut.“Seorang kepala dinas seharusnya menunjukkan sikap profesional dan berjiwa melayani, bukan bersikap seperti preman,” ujar salah seorang tokoh masyarakat Lingga yang enggan disebutkan namanya.
Masyarakat mendesak Bupati untuk mengevaluasi kinerja dan etika Safaruddin serta melakukan pembinaan agar pejabat publik di Lingga memahami esensi pelayanan kepada masyarakat.
Hingga berita ini diterbitkan, upaya konfirmasi kepada Safaruddin dan pihak Pemerintah Kabupaten Lingga masih terus dilakukan.(Aliasar / Radar Kepri)








