Natuna, Radar Kepri- Peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-73 tahun 2018 ditandai dengan upacara di halaman kantor Bupati Kabupaten Natuna Bukit Arai Senin (26/11/2018) pagi ini.
Hari Guru Nasional yang diperingati tanggal 25 November 2018 ini merupakan Peringatan hari guru setiap tahun yang bertepatan dengan pendirian organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang berdiri secara resmi pada tanggal 25 November 1945 dalam kongres guru Indonesia di Surakarta.
Tema yang diusung pada hari Hari Guru Nasional 2018 ini adalah “Guru sebagai penggerak perubahan dalam Era Revolusi Industri”
Wakil Bupati Natuna Drs.Hj Ngesti Yuni Suprapti, MA. dalam amanatnya selaku pemimpin upacara pagi itu, membacakan sambutan ketua umum pengurus besar PGRI mengatakan, “Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang telah menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional yang juga merupakan Hari Ulang Tahun PGRI sesuai Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Penetapan ini diperkuat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.Pada setiap tahun, di seluruh pelosok negeri, di sekolah-sekolah dan kantor pemerintahan, kita semua bersama-sama memperingati HGN dan HUT PGRI dengan hidmat.
Lanjut Ngesti PGRI sebagai organisasi profesi juga ditantang agar mampu menggerakan guru, pendidik, dan tenaga kependidikan memberikan andil tidak hanya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, tetapi lebih dari itu harus merasa terpanggil untuk ikut melahirkan pemikiran transformatif dalam pengembangan kebijakan pemerintah, pengelolaan program pembangunan di pusat dan di daerah, serta dalam melahirkan berbagai gagasan dan tindakan inovatif sesuai dengan tantangan Abad ke 21.
Ngesti juga mengatkan dunia hari ini menghadapi fenomena disrupsi seperti lahirnya digitalisasi sistem Pendidikan melalui inovasi aplikasi teknologi seperti Massive Open Online Course (MOOC) dan Artificial intelligence.
Yang pertama adalah inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, saling berbagi, terhubung atau berjejaring satu sama lain. Prinsip ini menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan yang menciptakan peluang bagi setiap orang untuk memanfaatkan teknologi secara produktif.
Sedangkan yang kedua adalah mesin kecerdasan buatan yang dirancang untuk melakukan pekerjaan spesifik untuk membantu tugas-tugas keseharian manusia.
Di bidang pendidikan, artificial intelligence membantu pembelajaran secara individual, yang mampu melakukan pencarian informasi dan menyajikannya dengan cepat, akurat, dan interaktif.
Kedua contoh perkembangan di atas mengubah secara fundamental kegiatan belajar-mengajar. Ruang kelas mengalami evolusi kearah pola pembelajaran digital yang menciptakan pembelajaran lebih kreatif, partisipatif, beragam, dan menyeluruh. Guru memiliki peran penting dalam kontekstualisasi informasi serta bimbingan terhadap peserta didik dalam praktis diskusi daring.”Terang Ngesti.
Juga dikatakan Ngesti, “Guru sulit bersaing dengan mesin, yang jauh lebih cerdas, lebih cepat dan lebih efektif dalam pencarian informasi dan pengetahuan. Karena itu para guru perlu mengubah cara mengajar dari yang bersifat tradisional menjadi pembelajaran multi-stimulan agar lebih menyenangkan dan menarik. Demikian juga peran guru berubah dari semula menjadi pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, inspirator, pengembang imajinasi, kreativitas, nilai-nilai karakter, serta team work, dan empati sosial karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh mesin. “Tambanya.
Ucapan terima kasih juga keluar dari lidah Ngesti pagi itu kepada seluruh guru, pendidik, dan tenaga kependidikan utamanya guru honorer yang selama ini tiada kenal lelah mengisi kekosongan guru.
Diharapkan Wabup Ngesti, semoga dengan semua usaha ini mendorong guru dan tenaga kependidikan bersemangat bekerja lebih efektif, disiplin, tidak mudah mengeluh, menjaga kode etik guru, merawat p