Di Kampung Pelangi, 90 Mahasiswa UMRAH Goro

Tanjungpinang, Radar Kepri-Cuaca mendung disertai gerimis tidak menyurutkan langkah lebih kurang 90 orang mahasiswa Umrah jurusan ilmu Administrasi Negara fisip Umrah Tanjungpinang mendatangi kampung Pelanggi yang terletak diujung pelabuhan batu 6.
Para mahasiswa tersebut berkelompok-kelompok sembari membawa peralatan goro berupa kantong plastik hitam, sapu lidi. Mereka membersihkan lokasi kampung pelanggi yang merupakan destinasi pariwisata baru kota Gurindam.
Para mahasiswa ini didampingi 5 dosen Umrah, Dr. Rumzi, Imam Yudhi Prastya MPA, Dian Prima Safitri MAP, Edison MPA dan Dr. Fitri Kurnianingsih.
Selain melakukan goro, rombongan ini juga melakukan penanaman mangrove ditepian laut kampung pelanggi.
Meski cuaca yang tidak bersahabat, rombongan tetap melakukan kegiatannya.
Pukul 10 lebih, rombongan ini mulai membuka acara yang dohadiri rt dan juga warga masyarakat setempat.
Menurut ketua parodi, Imam Yudhi prastya, mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini dari semester 3 hingga semester 5.
Acara dibuka oleh dosen Edison. Pria berkacamata ini menyebutkan kedatangan kekampung pelanggi merupakan rangkaian kegiatan kampus terjun kemasyarakat.
“Menyelesaikan masalah dimasyarakat. Proses kepedulian lingkungan.
Kampung pelanggi ide kreatif, cerah, penuh warna,” urainya yang disambut aplaus dari hadirin.
Dalam acara ini juga dihadiri oleh direktur bank sampah Cermai Sungai Jang, Novita Yuslinda atau yang lebih dikenal dengan panggilan Linda sampah.
Perempuan pengiat lingkungan ini diberi kesempatan mensosialisasikan tentang bank sampah.
Namun ia lebih menekankan kepada “mengubah paradigma” masyarakat tentang sampah. Ia juga sedikit mengulas cara pembuatan kompos yang bahannya juga dari sampah rumput hasil goro yang tentunya juga bisa menghasilkan rupiah
“Lewat sampah kita bisa berbagi. Caranya sampahnya kita olah jadi duit kita sedekahkan”, bebernya.
Sedangkan bu rt 01/ rw 03 yang juga bernama Linda menyambut baik kedatangan rombongan Umrah tersebut. Ia juga mengaku bangga dipilihnya kampung pelanggi yang baru beberapa bulan terbentuk.
Kampung pelanggi terbentuk atas prakarsa dari dinas pariwisata kota ( kala itu Leni yusneli) dan kini sudah mendapat dukungan juga dari dinas pariwusata provinsi.
Ia juga mengatakan selama 2 bulan, kampung pelanggi didatangi 6000 orang pengunjung.
Sedangkan dosen Umrah lainnya, Dian Prima Safitri atau yang akrab dipanggil Dian, juga memberi sedikit ulasan tentang jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat kota Tanjungpinang.
Yang ternyata, orang tuanya merupakan pengiat sampah dikota Batam.
Perempuan manis ini dengan fasihnya memberikan wawasan tentang sampah.
Imam yang disapa media ini menjelaskan bahwa kunjungan ke kampung pelanggi merupakan lebih kepada kegiatan ditingkat jurusan. Jurusan Administrasi negara. “Ini bentuk tangung jawab kami sebagai isitusi ya, karena ada tugas tri darma itu yakan. Selain pengajaran itu, kemudian kami juga diwajibkan itu tadi kebetulan lingkungan”,jelasnya.
Lanjutnya, “lingkungankan bersifat umum bisa sosial bisa politik, sesuai kontek hari ini sesuai kebutuhan lebih kepada lingkungan yang kesini,” ujarnya.
Saat ditanya mengapa memilih kampung pelanggi, lelaki berdarah jawa ini mengatakan karena kampung pelanggi bisa dikatakan sebagai perbandingan ketika pihaknya melakukan pengabdian ditempat lain. “Kampung ini bisa dikatakan pionernya ya dengan harapan ketika ini sebagai pilot projeknya berhasil kan lebih mudah sebagai perbandingan,” teramgnya.
Ia juga mengaku tanggapan masyarakat setempat cukup baik. ” tanggapannya alhamdullilah. Sebelum kami turun, kami sudah melakukan pendekatan selain gotong royong kami berinisiatif untuk membentuk dan memperkuat untuk bank sampah.
Pada kesempatan itu, Dr. Rumzi menyerahkan i unit timbangan dan Dr. Fitri menyerahkan buku tabungan bank sampah kepada perwakilan warga.(lanni)

Pos terkait