Pengusaha Sagu Bertahan Ditengah Keterbatasan Pasokan
Lingga Radar Kepri-Memiliki kualitas dan mutu baik, tidak menjamin bisnis pengelohan sagu di Lingga aman dari ancaman tutup. Tidak adanya perkebunan yang khusus memproduksi pohon sagu menjadi penyebab.
Kecemasan akan habisnya stok tanaman pembuat sagu sangat dirasakan Awi. Satu dari beberapa pengusaha pabrik Sagu di Lingga yang masih bertahan ditengah keterbatasan pasokan.
Akibatnya, dalam sehari jumlah produksi sagu di pabriknya tidak menentu.”Bahan utama berupa batang aren untuk diolah menjadi sagu datangnya tidak menentu di pabrik.”ucap Awi saat dihubungi radarkepri.comm via ponselnya, Sabtu (24/2) sore.
Ironisnya, ditengah langkanya bahan utama, harga jual makanan utama sebagian warga Indonesia di wilayah Timur hanya Rp 5000 perkilonya.”Itu jualnya di kampung sini, kadang-kadang ibu-ibu yang dekat dengan pabrik langsung beli kesini.”jelasnya.
Dengan keterbatasan sumber bahan baku, Awi mengaku hanya bisa melayani pelanggan luar daerah yang ada di Kota Tanjungpinang.”Hanya bisa ekspor sebatas ke Tanjungpinang. Itupun hanya 300 zak pebulan,” terang dia.
Umumnya, saat ini bahan baku sagu yang diproduksinya berupa batang aren dibeli dari warga Desa Musai dan Panggak.”Itupun kadang dalam satu bulan datangnya tidak menentu. Karena sudah minimnya pohon aren bahan dasar pembuat sagu,” ujarnya.
Pabrik sagu miliknya ini mengolah secara manual, keahlian yang diperoleh dari generasinya terdahulu.”Menjadikan sagu menjadih putih, kita menggunakan saluran air mengalir untuk membersihkan. Saat proses sagu itu selesai di bersihkan lalu dipanaskan menggunakan tungku pemanasan konvensional. Setelah menjadi tepung, kita dinginkan dan segera dimasukkan dalam kemasan,” tutur dia.
Adanya obsesi Bupati Lingga, H Alias Wello S IP untuk membuat perkebunan tanaman pembuat sagu ini, menimbulkan secercah harapan para pengusaha kecil, terutama pekerja pabrik pengolahan sagu di Bumi Bunda Tanah Melayu ini untuk tetap bertahan.(hendra)