Bupati Lingga, Muhammad Nizar, S.Sos, yang membentuk tim ini pada 2024 lalu, dinilai belum mengambil langkah tegas atas kemandekan kerja tim. Kondisi ini memicu pertanyaan publik, terutama karena Ketua Tim Pencari Aset, H. Armia, adalah paman kandung Bupati Nizar.
“Bagaimana Bupati bisa bersikap tegas jika ketua tim adalah pamannya sendiri. Apalagi kondisi fisik Armia kurang sehat, sehingga sulit diharapkan dapat menjalankan tugas berat ini,” ungkap seorang sumber Radar Kepri yang layak dipercaya.
Sumber tersebut menambahkan, penunjukan Armia sebagai Sekda Lingga pun dinilai sarat kepentingan. “Kalau bukan karena hubungan keluarga, tidak mungkin Armia bisa diangkat jadi Sekda. Semasa menjabat Kadisdikpora saja banyak pekerjaan rumah yang belum selesai, termasuk persoalan dana BOS dan anggaran pembangunan gedung sekolah. Bahkan, pada 2023 BPK menemukan sejumlah penyimpangan,” ujarnya.
Mandeknya pencarian aset diduga juga akibat lemahnya pengawasan dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Akibatnya, banyak aset daerah yang raib dan tak jelas keberadaannya.
“Contohnya satu unit bus sekolah. Sekarang kondisinya tinggal kerangka di sebuah bengkel di Desa Merawang. Padahal itu dibeli dengan uang rakyat,” kata sumber dengan nada kesal.
Kondisi serupa juga terjadi di berbagai wilayah lain. Beberapa bus sekolah di Penuba, Sinempek Desa Limbung, Kecamatan Lingga Utara, hingga daerah lain terlihat mangkrak dan berkarat. “Pertanyaannya, ke mana anggaran perawatan? Pajaknya dibayar atau tidak? Kendaraan itu diasuransikan atau tidak, dan jika diasuransikan, perusahaan mana yang menanggung?” tegasnya.
Tak hanya kendaraan, aset lain seperti pasar rakyat dan mesin pengolahan sampah juga terbengkalai. “Banyak aset yang tidak berfungsi dan akhirnya menjadi besi tua. Semua itu dibeli dengan uang rakyat. Kalau ditelusuri satu per satu, bikin pening kepala,” imbuhnya.
Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi ke pihak terkait masih terus dilakukan(Aliasar)