Informasi ini disampaikan sumber internal RSUD Tanjungpinang kepada Radar Kepri, Jumat (29/8/2025). “Kalau boleh jujur, selain soal pejabat dinasti, ada permainan kotor di RSUD itu, yakni mafia obat. Yang bermain adalah orang dalam. Namun saya tidak tahu persis siapa oknum yang terlibat,” ungkap sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Modus Obat Hampir Kedaluwarsa
Menurut sumber, praktik mafia obat biasanya dilakukan dengan melibatkan apotek swasta. Obat-obatan yang dibeli disebut-sebut kerap mendekati masa kedaluwarsa. “Kalau soal nama oknumnya dan apoteknya saya tidak tahu, tapi informasi yang saya dapat, obat yang masuk ke RSUD itu sudah hampir kadaluarsa,” jelasnya.
Testimoni Pasien: Obat Disebut “Sampah”
Seorang pasien yang pernah berobat di RSUD Tanjungpinang turut membenarkan adanya dugaan ketidakberesan. Ia mengaku kecewa setelah dua kali masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) namun tidak jelas penyakitnya.
“Saya hanya diambil sampel darah, tidak ada penjelasan jelas. Cuma diberi obat dan disuruh pulang. Akhirnya saya pindah ke rumah sakit lain. Begitu diperiksa, langsung ketahuan penyakit saya,” ujarnya.
Lebih mengejutkan, obat yang sempat diberikan RSUD Tanjungpinang justru dibuang oleh dokter di rumah sakit rujukan tersebut. “Dokter bilang obat dari RSUD itu ‘sampah’. Sejak itu saya tidak mau lagi berobat ke sana,” tutur pasien yang enggan disebutkan namanya.
Menunggu Respons Pihak RSUD
Hingga berita ini dipublikasikan, pihak manajemen RSUD Tanjungpinang maupun instansi terkait belum berhasil dikonfirmasi untuk memberikan klarifikasi atas tudingan serius ini.
Isu adanya mafia obat dan dugaan maladministrasi pelayanan kesehatan menambah daftar panjang persoalan di RSUD Tanjungpinang. Publik kini menunggu langkah tegas Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, untuk membenahi rumah sakit daerah yang seharusnya menjadi garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat.(Aliasar)