Tanjungpinang, Radar Kepri-Pembangunan Monumen Tugu Bahasa di Pulau Penyengat bertujuan untuk mengenang dan mengabadikan peran penting Pulau Penyengat sebagai “titik nol” bagi perkembangan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
Pembangunan ini memiliki dampak Sosial yang Diharapkan terjadi
1. Peningkatan kesadaran akan sejarah dan identitas budaya lokal diantaranya :
Monumen Bahasa akan menjadi simbol penting yang mengingatkan masyarakat akan sumbangsih Pulau Penyengat dan tokoh seperti Raja Ali Haji dalam perkembangan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia.
Generasi muda lokal diharapkan lebih mengenal asal-usul bahasa dan budaya mereka, sehingga identitas lokal mereka diperkuat.
2. Pemberdayaan masyarakat setempat
Revitalisasi tidak hanya meliputi monumen, tapi juga fasilitas publik seperti jalan, Balai Adat, sanitasi, serta infrastruktur dasar seperti air bersih. Hal ini akan meningkatkan kualitas hidup warga.
Keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan, kebersihan, dan pengelolaan destinasi wisata juga disebut sebagai bagian dari proses agar warga ikut merasa memiliki.
3. Penguatan sosial/kultural dan pelestarian bahasa serta budaya lokal
Dengan adanya monumen dan kegiatan budaya yang menyertainya, tradisi lokal seperti seni sastra Melayu (gurindam, seloka, pantun, karya-karya lama, tulisan-tulisan sejarah) akan lebih dilestarikan.
Pulau Penyengat diharapkan menjadi laboratorium budaya dimana masyarakat bisa belajar (formal atau informal) seni berbahasa Melayu, sejarah, dan warisan budaya.
4. Meningkatnya interaksi sosial dan kebanggaan lokal
Masyarakat akan lebih bangga akan tempat asalnya karena Penyengat akan semakin dikenal secara luas sebagai pusat sejarah dan budaya Melayu.
Pengunjung dan wisatawan akan datang, yang bisa mendorong interaksi sosial antara penduduk lokal dengan pengunjung dari luar daerah, serta pertukaran budaya.
5. Efek sosial dari pariwisata dan ekonomi lokal
Dengan meningkatnya kunjungan wisata, diharapkan terjadi peningkatan penghasilan masyarakat lokal melalui usaha-usaha kecil (oleh-oleh, warung makanan/minuman, homestay, jasa pemandu, transportasi lokal).
Fasilitas pendukung wisata (akses jalan, kebersihan, sanitasi, air bersih) yang diperbaiki juga akan memberi manfaat langsung bagi warga dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peningkatan kualitas lingkungan dan tata ruang
Penataan kawasan sekitar, pengelolaan sampah (TPST), lingkungan yang lebih bersih dan estetis dijadikan bagian dari target revitalisasi.
Lebih representatifnya ruang publik dan kawasan wisata diharapkan bisa memperbaiki kesejahteraan sosial dan kenyamanan tinggal bagi masyarakat lokal, terutama di pulau yang padat dan memiliki sejarah.
Tantangan yang Perlu Diperhatikan dari sisi Sosial.
Selain dampak positif, ada beberapa hal yang menjadi perhatian atau tantangan agar manfaat sosial bisa maksimal:
Keterlibatan masyarakat lokal secara nyata
Penting agar pembangunan tidak hanya top-down, tetapi warga setempat dilibatkan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemeliharaan agar mereka merasa memiliki dan hasilnya sesuai dengan kebutuhan lokal.
Pengelolaan dan pemeliharaan jangka panjang. Monumen & infrastruktur yang dibangun perlu dirawat supaya tidak cepat rusak atau mangkrak. Revitalisasi memerlukan dana, sumber daya manusia, dan komitmen.
Kelangsungan budaya lisan & tradisi
Monumen bisa jadi simbol, tapi budaya lisan, tradisi lisan, cerita rakyat, penggunaan bahasa dalam keseharian harus terus dijaga agar budaya tidak hanya menjadi tontonan tapi bagian dari kehidupan masyarakat.
Resistensi terhadap perubahan
Ada kemungkinan beberapa masyarakat merasa terpinggirkan jika pembangunan berubah terlalu cepat atau tidak dipadu dengan kebutuhan lokal, atau jika ada dampak negatif seperti kenaikan harga lahan, biaya hidup, atau peningkatan wisata yang tidak diatur.
Tujuan Utama monumen tugu bahasa
1. Sebagai identitas dan pelestarian budaya
Monumen ini dibangun agar menjadi simbol identitas budaya Melayu di Kepulauan Riau, khususnya di Pulau Penyengat.
Salah satu fokusnya adalah menghormati jasa Raja Ali Haji, tokoh intelektual dan pahlawan nasional yang banyak berkontribusi dalam perkembangan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia, melalui karya seperti Gurindam 12 dan Kitab Pengetahuan Bahasa.
2. Mengenalkan sejarah Bahasa Melayu / Bahasa Indonesia
Monumen ini dimaksudkan agar masyarakat—termasuk generasi muda—mengerti akar sejarah bahasa nasional, bahwa Bahasa Indonesia memiliki cikal bakal kuat dari Bahasa Melayu dan bahwa Pulau Penyengat memainkan peran penting dalam perkembangan pemikiran bahasa tersebut.
3. Menjadi penanda geografis/budaya
Monumen akan menjadi penanda bahwa “asal-usul Bahasa Indonesia” itu bisa ditelusuri dari Pulau Penyengat. Jadi secara simbolik pula monumen berfungsi sebagai landmark sejarah/linguistik.
4. Meningkatkan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat lokal
Dengan adanya monumen, Pulau Penyengat diharapkan lebih menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Selain memperkaya sisi sejarah dan budaya, monumen ini juga diharapkan memberikan efek ekonomi ke masyarakat sekitar melalui wisata.
5. Revitalisasi Pulau Penyengat
Monumen ini bagian dari upaya yang lebih luas yaitu revitalisasi Pulau Penyengat, memperbaiki infrastruktur, fasilitas publik, lingkungan, serta memperkuat kawasan sejarah agar lebih representatif dan nyaman baik untuk penduduk maupun pengunjung.(Irfan)