Daya Hidup Kota
Kota adalah simbol kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban. Kota adalah pusat kreativitas dan inovasi. Berbagai bentuk kemajuan sebagian besar bermula di kota. Sehingga ada benarnya yang mengatakan bahwa kota adalah ibarat magnet yang mampu untuk menarik ramai orang untuk tinggal dan beraktivitas di sana. Kota senantiasa memberikan daya hidup dan kehidupan bagi penghuninya.
Pada hakikatnya, keberadaan suatu kota tidak diukur oleh seberapa besar sebuah kota atau seberapa ramai penduduk yang tinggal di dalamnya. Tetapi, sejauh mana sebuah kota untuk dapat memberikan kehidupan dan daya hidup kepada warganya.
Pertanyaannya, apakah ada kota yang tidak dapat memberikan kehidupan di dalamnya? Jawabannya ada. Ini yang diistilahkan oleh para ahli sebagai kota mati (necropolis). Yaitu suatu kota yang ibarat tanah tandus, kering dan gersang, yang tidak bisa memberikan daya hidup kepada para penghuninya. Atau digambarkan juga sebagai kota yang tidak berjiwa, yang kemudian secara berangsur akan ditinggalkan oleh penghuninya.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana untuk menjadikan sebuah kota mempunyai daya hidup? Sehingga berbagai masalah dan problem yang dialaminya dapat diatasi dan diurai satu-persatu, untuk selanjutnya dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Kota yang senantiasa memberikan nadi dan denyut kehidupan kepada warganya.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor utama yang paling menentukan dan berpengaruh adalah ketersedian SDM kota yang berkualitas. Warga yang berkualitas akan senantiasa melahirkan berbagai kreativitas dan inovasi di dalam memecahkan dan mencari jalan keluar terbaik permasalahan yang dihadapinya atau dapat menemukan sesuatu yang baru untuk memenuhi berbagai keperluan dan kemaslahatan umat.
Lihatlah kiprah dan kreativitas Walikota Surabaya, Tri Rismaharini di dalam mengelola kota, sehingga banyak menuai pujian dan aspresiasi dari berbagai kalangan. Mereka adalah contoh warga kota yang sekaligus pemimpin kota yang dapat memberikan inspirasi dan menghidupkan nadi kota. Kota yang dulunya gersang dapat disejukkan. Warga yang dulunya apatis dapat ikut berpartisipasi. Demikian seterusnya.
Warga kota yang berkualitas akan senantiasa peduli dengan kotanya. Merawat, menjaga dan memeliharanya dengan seksama dan bijak. Mereka akan senantiasa menjadikan kotanya ibarat rumah, bukan hotel yang jika ada sesuatu yang tidak beres dengan hotelnya, dia akan mencari hotel lain. Warga yang berkualitas tidak menjadikan kotanya hanya sebagai tempat persinggahan dan menumpuk harta belaka.
Palestina disebutkan oleh sebagian orang sebagai kota yang mempunyai daya hidup, dimana warga kotanya akan segera bangkit dan membangun kembali kotanya atau rumahnya setelah mengalami kehancuran akibat serangan dari Israel. Mereka tidak lari dan meninggalkan kotanya.
Dimensi ekonomi
Selain kualitas SDM, yang juga berkontribusi besar di dalam mewujudkan daya hidup kota adalah adanya pergerakan roda ekonomi.
Kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi berkualitas akan senantiasa memberikan daya hidup dan kehidupan warganya. Kota yang demikian juga senantiasa dirindui dan didambakan oleh para warganya.
Pertumbuhan berkualitas yang dimasudkan di sini adalah bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi dapat didistribusikan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya sekedar tumbuh dan kembang saja, tetapi dalam masa yang sama harus dapat dinikmati secara berkeadilan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam konteks ini sebuah kota harus dapat menciptakan lapangan pekerjaan bermutu yang mencukupi bagi warga kota, sehingga dengan demikian masyarakat dapat untuk bekerja selayaknya dan seterusnya dapat menerima upah (penghasilan) untuk dapat menopang kebutuhan hidup sehari-hari.
Lapangan pekerjaan yang dapat untuk memindahkan pekerja sektor informal, penganggur dan kaum miskin urban. Kini, hampir 60 persen dari total tenaga kerja di perkotaan menumpuk di sektor informal (BPS, 2017). Sepertiga dari sekitar 30 juta penduduk miskin di Tanah Air tinggal dan tersebar di berbagai kota di Nusantara.
Iklim berusaha juga semestinya senantiasa digalakkan oleh pemerintah untuk menarik minat para investor menanamkan modalnya pada sesuatu kota. Untuk itu, mau tidak mau sebuah kota harus merestrukturisasi perekonomian agar dapat ikut serta di dalam arena perekonomian global masa kini. Hal ini sesuatu yang tidak lagi dapat dihindari bagi kota-kota yang ada di Tanah Air, yang telah menerima secara kafah sistem ekonomi terbuka.
Di antara usaha untuk dapat menarik investor adalah dengan meningkatkan kualitas infrastruktur agar roda perekonomian dapat bergerak efektif dan efisien. Sejalan dengan era ekonomi global, infrastruktur yang dikehendaki juga harus berstandar global kualitasnya. Jadi, dalam hal ini bukan hanya bandar udaranya saja yang berstandar internasional. Atau hanya hotelnya saja yang berstandar internasional. Infrastrukturnya juga harus demikian.
Namun, dalam hal ini pemerintah kota harus bijak, supaya investasi dan pertumbuhan ekonomi tidak hanya didominasi pemilik modal (asing maupun domestik) saja. Rakyat kecil dan kaum miskin urban juga semestinya mendapatkan limpahan pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, pasar tradisional dan kedai-kedai kelontong juga dapat sama-sama tumbuh dan mekar bersamaan dengan pusat perbelanjaan modern, ritel modern dan mini market.
Dimensi Lingkungan
Kota yang berdaya hidup juga dicirikan dengan terbebasnya sebuah kota dari berbagai bentuk pencemaran lingkungan. Tidak dapat dinafikan bahwa dimensi lingkungan masa kini juga turut andil besar dalam mewujudkan kota yang berkualitas.
Termasuk juga disini sebuah kota harus terbebas dari berbagai bentuk pencemaran lingkungan yang semakin menghantui kota-kota besar di Tanah Air, seperti kemacetan lalu lintas, tumpukan sampah, dan banjir kota.
Jikapun wujud sebuah musibah atau bencana lingkungan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah maupun non-alamiah, sebuah kota dapat dengan cepat mengantisipasinya. Bukan justru sebaliknya berlarut-larut didalam kepungan bencana dan musibah. Wallahu a’lam.
Catatan,Dr. Apriyan D Rakhmat merupakan
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota,
Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Pekanbaru.