Waduk Sei Pulai Kering, Walikota Tutup Mata
Tanjungpinang, Radar Kepri-Meskipun telah berkali-kali di sorot media ini tentang pengerukan biji bauksit oleh 3 perusahaan tambang illegal di Jl Adi Sucipto, kilometer 13, Kampung Wonosari, Kelurahan Batu 9 Kecamatan Tanjungpinang Timur. Hebatnya, hingga Minggu (08/09) aktivitas tambang illegal berkedok cut and fill (pemotongan lahan) masih terus berlanjut.
Akibatnya, bukan hanya terjadi pencemaran lingkungan di lokasi sempadan. Waduk Sungai Pulai yang menjadi lumbung air PDAM Tirta Janggi Sungai terancam mengering.
Hal ini diungkapkan seorang lelaki paruh baya, yang mengaku warga Sei Jati di kilometer 13 arah Kijang, Bintan Timur. Hal ini terjadi ketika awak media ini mengabadikan gambar di Sei Pulai, Minggu sore.”Ada dan dari mana mas ?.”tegur laki-laki tersebut.
Media ini kemudian menjelaskan dari media Radar Kepri, lelaki itu baru memahami. Kemudian bercerita.”Dulu sebelum kampung Wonosari ini di tambang. Air dalam waduk itu banyak mas, apalagi dimusim hujan ini.”katanya.
Tapi, masih kata lelaki separuh baya yang enggan menyebutkan namanya itu.”Sejak bukit ini di keruk oleh para pengusah tambang bijih bauksit, air waduk ini semakin mengering. Hampir separuh mas, air waduk ini menyusut.”ujarnya.
Masih menurut sumber.”Kalau sebelum ada tambang bauksit, air di waduk ini penuh. Bahkan hampir sampai ke batu miring yang dipasang sekarang itu.”Katanya sambil menujuk batu miring ditepian waduk.
Masih warga Sei Jati itu.”Seharusnya pemerintah kota Tanjungpinang, secepatnya mengambil tindakan terhadap penambang ini. Karena, jika di biarkan berlarut-larut, waduk ini akan mongering. Jika waduk ini mengering, apa jadinya ?. Sementara sumber air bersih untuk masyarakat kota Tanjungpinang, satu-satunya dari sinilah.”ucapnya.
Informasi yang di himpun Radar Kepri dilapangan, selain tiga penambang illegal yang mengeruk bijih bauksit di kampung Wonosari. Masih ada beberapa penambang lain yang mengeruk hasil perut bumi Segantang Lada ini. Seperti perusahaan tambang milik Simin di Sei Jati. Di lokasi itu sudah sudah hampir 70 parsen habis dikeruk. Bahkan setelah dikeruk, lobang bekas penggalian tidak ditimbun, meninggalkan lobang-lobang untuk sarang nyamuk.”jelas sumber yang enggan menyebutkan namanya.
Masih sumber yang sama.”Kalau mereka mau menambang silahkan, namanya orang cari makan. Bagaimana bisa kita melarangnya, namun pikirkan juga dampaknya. Kalau bagini-kan tidak memikirkan orang lain. Itu namanya PKI.”tambah sumber itu.
Pantauan Radar Kepri dilapangan, selain air waduk Sungai Pulai menyusut. Jalan-jalan yang di lintasi mobil dumtruck bermuatan bijih bauksit melebihi kapasitas itu banyak yang pecah, retak-retak dan berlubang. Ketika hujan, lubang jalan berisi air berwarna kuning kemerah-merahan dan becek. Jika musim panas, menimbulkan debu, sehingga sangat mengganggu pengguna jalan lainnya.(aliasar)
bagaimana mau diambil tindakan ?
para penambang bauksit saja banteng semua