; charset=UTF-8" /> SHAUMUL RAMADHAN (Titik Nadir Ketaqwaan) - | ';

| | 1,241 kali dibaca

SHAUMUL RAMADHAN (Titik Nadir Ketaqwaan)

Iwan Kurniawan5

Oleh : Iwan Kurniawan SH

Pengantar.

Sepuluh jari aku padukan, kepala ku tekuk sedalam-dalam,  mohon maaf  aku sampaikan, atas segala kekhilafan maupun kesalahan. Bukanlah aku menunjuk ajar, dan bukan pula guru agama, apakanlagi seorang ulama, aku hanyalah seorang hamba.

Jikalau  ada tulisan silaf,  itu bukan karena  sengaja,  keterbatasan  akal semata-mata, karena aku manusia biasa.

Ungkapan kata hati di atas, perlu aku sampaikan, karena sesungguhnya aku bukanlah orang yang ahli tentang ilmu pengetahuan agama, hanya sedikit sekali yang aku tahu dari mempelajari buku-buku agama termasuk tentang pengetahuan puasa di bulan ramadhan. Namun aku sungguh tertarik untuk mencoba mengulas makna ramadhan bagi umat beragama khususnya umat islam. Dengan segala keterbatasan,  aku mencoba mengkaji dan mencari kesimpulan tentang hakekat berpuasa di bulan suci ramadhan.

Dari beberapa sms (short massage / pesan singkat) ucapan selamat menyambut dan melaksanakan ibadah  berbuasa di bulan ramadhan, yang kuterima,  aku ada membaca  untaian kalimat puitis  berbunyi : “Perkataan yang indah adalah “Allah”, lagu yang merdu adalah “Adzan”, Media yang baik adalah “Al Quran”, Senam yang sehat adalah “Sholat”,  diet yang sempurna adalah “Puasa”, Kebersihan yang menyegarkan adalah “Wudhu”, Perjalanan yang indah adalah “Haji” Khayalan yang baik adalah “Ingat dosa dan taubat”, dan banyak lagi ungkapan kata-kata indah yang aku terima melalui sms dari para pengirim.

Rangkaian kata-kata di atas  tersusun begitu puitis, indah dan sangat sederhana sehingga mudah dicerna.  Namun dibalik itu semua aku yakin, perspektif semua ibadah tersebut tidaklah sesederhana untaian kata-kata indah seperti itu  semata-mata. Susunan kata – kata itu, tentu hanyalah sebuah ungkapan cita rasa dan suka cita atas kembalinya bulan suci ramadhan bagi kita semua khususnya buat umat muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Dalam kesempatan ini, aku ingin mengucapkan penghargaan  kepada para pengantar sms-sms di atas, dan dengan tulus – ikhklas aku ucapkan terimasih kepada semua pihak yang telah meluangkan  sedikit waktu, tenaga, pikiran dan uang (pulsa sms) untuk saling sambut menyambut menyiarkan, meraikan serta menjalankan  ibadah puasa di bulan suci Ramadhan Tahun 1434 H.

 

Kewajiban Berpuasa Ramadhan

Berpuasa di bulan ramadhan hukumnya bagi umat muslim adalah wajib. Artinya jika ditinggalkan berdosa dan jika dilaksanakan mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.

Allah SWT dalam QS. Al Baqarah : 183 – 184, berfirman :

Yaa aiyuhallazii na`amanu kutibaa ngalaikum mussyiaam, kamaa kutibaa     ngalallazi  namingkablikum langallakum tattaquun. Aiyaaman maqdudhatin faman khanamingkum maridhan `au ngala syafarin fa`iidatun  min aiyaamin u`khara”,

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Yaitu berpuasa pada hari-hari yang telah ditentukan, yakni di bulan Rhamadhan. Dan siapa saja  diantara kamu yang sakit, atau sedang berpergian, maka wajiblah berpuasa di hari-hari lainnya, sebagai pengganti hari-hari (di bulan Ramadhan)  yang ditinggalkan”.

Firman Allah SWT tersebut di atas, merupakan dasar hukum bagi umat muslim dalam melaksanakan kewajiban menjalankan ibadah berpuasa di bulan suci ramadhan.

Namun jika kita hayati mendalam arti dari firman Allah SWT tersebut, tidaklah menjadi suatu jaminan bahwa seluruh umat muslim (yang ber-KTP Islam) diberikan hidayah dan inayah mampu untuk  melaksanakan ibadah puasa, hanya orang-orang yang beriman saja, yang  diserukan oleh Oleh Allah SWT untuk berpuasa. Dengan tujuan agar orang-orang yang beriman tersebut dapat lebih bertaqwa kepada Allah SWT.

Dalam buku “Khotbah Jum`at Sepanjang Masa”, tulisan Moh. Syamsi Hasan dan Achmad Ma`ruf Asrori (1423 H/2002 M : 413), dikatakan bahwa “….kiranya kita dapat menarik kesimpulan bahwa target pencapaian utama ibadah puasa ialah ketakwaan. Oleh sebab itu, puasa yang kita lakukan seharusnya benar-benar dapat mengisi rohani kita, yang membawa pengaruh positif secara batiniyah maupun kiprah sosial kita”.

Perspektif ibadah puasa ialah ketaqwaan kepada Allah SWT.  Dalam hal ini kita tidak bisa berandai-andai menggunakan logika dan rasional dalam mengambil kesimpulan. Kesimpulan hanya bisa diambil berdasarkan firman Allah SWT dan hadis nabi,  tidak patut jika kita mengambil kesimpulan hanya dengan menggunakan rasio dan logika akal  yang terbatas.

Ibadah puasa ramadhan berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya berdasarkan rukun islam. Ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, membayar zakat, dan naik haji, hakekatnya hanya ditujukan  untuk kepentingan dirinya sendiri, bukan buat  sang Khalik. Tuntutan Allah SWT kepada hambanya, untuk mengerjakan ibadah puasa sangat jelas, karena ibadah puasa dikerjakan untuk Allah SWT.

Dalam tulisan KH. Abdulloh Faqih “Di Bawah Pintu Ka`bah”, (tanpa tahun : 27) dikemukakan bahwa sebuah hadis qudsi menerangkan bahwa Rasullullah Saw bersabda, tentang firman Allah demikian : “Sesungguhnya segala amal perbuatan seorang hamba adalah untuk kepentingan dirinya sendiri, kecuali ibadah puasa yang dikerjakan karena Aku, maka  Akulah yang membalasnya, sebab puasa yang dikerjakan dengan diam-diam tak terlihat itu berbeda dengan ibadah lainnya, maka Tuhan yang mengetahui dan melihat amal itu. Dan Dialah yang akan membalasnya”.

Dari hadist qudsi tersebut, dapat kita pahami bahwa jelas ibadah puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, ibadah puasa pekerjaannya tidak terlihat orang, hanya orang yang berpuasa dan Allah SWT  yang mengetahui, apakah seseorang itu benar-benar berpuasa atau tidak. Sedangkan ibadah-ibadah lainnya, pekerjaan ibadah tersebut selalu berinteraksi dengan manusia lainnya, karena memang demikian hukumnya, seperti ibadah sholat yang  lebih afdhal jika dikerjakan di dalam masjid dan berjamaah, kemudian zakat jelas pembayarannya dilakukan oleh seseorang kepada fakir miskin, dan naik Haji, mulai dari awal pekerjaan hingga selesai dikerjakan beramai-ramai. Di sinilah letak perbedaan antara ibadah puasa dengan ibadah-ibadah lainnya.

Selanjutnya, penilaian Allah SWT terhadap kesungguhan kaum mukmin dalam menjalankan ibadah puasa, tentulah bertahap dan berbeda fungsinya antara satu dengan lainnya, disesuaikan dengan kualitas keimanan dan ketakwaan seseorang.

Imam Al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumuddin menjabarkan tahapan-tahapan puasa ditinjau dari segi fungsinya sebagai berikut : Pertama, “shaumul umum”, atau puasa biasa, yakni menahan perut dan organ biologis dari keinginan-keinginannya. Kedua “shaumul khusus”, yaitu menahan diri dari perbuatan dosa, dan ketiga adalah “shaumul khususil khusus”, yakni menahan diri dari selain Allah Swt.

Tingkatan kualitas amal ibadah puasa antara manusia satu dengan lainnya, tentu akan mendapat penilaian yang masing-masingnya berbeda dari Allah SWT. Namun dalam tahap awal, yang perlu kita pahami bahwa mengerjakan puasa di bulan suci ramadhan adalah sebuah kewajiban dari Allah SWT, dan segala penilaian sah dan tidaknya, mendapat ganjaran pahala atau hanya sia-sia belaka, kita serahkan kepada Allah SWT, dengan terus selalu berusaha setiap saat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepadaNya.

Perlu kita  renungkan bersama bahwa kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita untuk menyambut dan menjalankan ibadah puasa di bulan suci ramadhan tahun 1428 H/2007 M  pada saat ini, adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya bagi kita semua. Sebagai manusia kita tidak mampu, untuk memprediksi apakah di tahun yang akan datang kita dapat berjumpa kembali dengan kesucian dan keistimewaan bulan ramadhan.

 

Keistimewaan dan Keagungan Ramadhan.

Selama 1 (satu) bulan atau 30 hari lamanya menjalankan amal ibadah di bulan suci ramadhan, kaum mukminin akan diberikan ganjaran pahala dan kebaikan-kebaikan oleh Allah SWT. Yang mana di dalam setiap harinya, ganjaran pahala dan kebaikan tersebut masing-masing berbeda-beda. Ganjaran pahala dan kebaikan tersebut, dapat dibaca dengan jelas dalam firman Allah SWT maupun di dalam beberapa hadist nabi, sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut :

  1. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT;
  2. Mendapatkan Kemuliaan dari Allah SWT;
  3. Dinding-dinding hijab (pembatas) antara manusia dan Allah SWT terbuka;
  4. Diangkat derajatnya dan terhindar dari hisab yang penuh kecemasan;
  5. Mendapatkan pengampunan dosa dari Allah SWT;

Berkenaan dengan keistimewaan dan keagungan bulan ramadhan bagi umat manusia, lebih jelas diuraikan dalam hadist nabi yang diriwayatkan oleh Sayidina Ali RA, sebagai berikut :

“…..Di awal bulan ramadhan orang mukmin diampuni dosa-dosanya sehingga keadaannya laksana bayi yang baru lahir dari perut ibunya. Dimalam kedua, orang mukmin diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya jika mereka beriman. Pada malam ketiga di bulan ramadhan, dari bawah arsy malaikat berseru : Bergegaslah menunaikan amalan (baik), Allah memberi ampunan atas dosa-dosamu yang telah lalu. Pada malam keempat orang mukmin mendapatkan pahala dari Allah sebanyak pahala orang membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al Qur`an. Pada malam kelima orang mukmin mendapatkan pahala seperti halnya pahalanya orang yang sholat di masjid Al Aqsha dan masjid Nabawi. Kemudian pada malam keenam orang mukmin mendapat pahala sebanyak pahala thawaf di Baitul Makmur, semua kerikil dan tanah liat memohonkan ampunan baginya. Pada malam ketujuh seolah-olah bertemu dengan nabi Musa manakala berjuang melawan Fir`aun dan Haman. Pada malam kedelapan, Allah Swt memberi karunia kepada orang beriman seperti  apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada nabi Ibrahim. Malam kesembilan ibadahnya dicatat Allah seperti  ibadah yang dilakukan nabi Muhammad. Dan pada malam kesepuluh Allah memberi karunia berupa kebaikan di dunia maupun diakhirat. Pada hari kesebelas, jika ia meninggal dunia (pada hari itu) maka ia terbebas dari dosa-dosanya, bersih seperti bayi yang lahir dari kandungan ibunya. Pada malam kedua belas orang mukmin tersebut kelak  di hari kiamat wajahnya berseri-seri laksana bulan purnama. Pada malam ketigabelas orang mukmin tersebut kelak di hari kiamat akan terhindar dari segala keburukan. Pada hari keempat belas  kelak di hari kiamat  malaikat akan memberi kesaksian atas pahala ibadah tarawih  yang dilaksanakan  dan ia terbebas dari pemeriksaan hisab. Pada malam kelima belas, segenap malaikat pemikul Arsy akan memohonkan ampunan kepadanya…..dan pada malam ketigapuluh, Allah berfirman : “Wahai hambaku-Ku nikmatilah buah-buahan surga, mandilah air salsabil dan reguklah  air dari telaga kautsar. Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu dan engkau adalah hamba-Ku”.  (KH. Abdulloh Faqih, tanpa tahun : 59 – 60).

 

Setelah membaca satu persatu keistimewaan bulan suci ramadhan di atas, bagi para orang – orang yang berpikir dan bijak, pasti mereka tidak akan mau menyia-nyiakan segala kesempatan baik yang telah dijanjikan oleh Allah SWT di dalam firman dan hadis nabi tersebut. Mereka  akan merasa rugi untuk meninggalkan barang seharipun  tidak melaksanakan ibadah puasa di bulan suci ramadhan.

Namun pada saat ini, masih banyak kita lihat,  mereka sesama umat Islam, tidak pernah merasa sedikitpun rugi dan berdosa meninggalkan ibadah puasa di bulan suci ramadhan.  Di mana di depan umat muslim maupun non muslim, mereka umat islam tidak menjaga kemuliaan dan keagungan bulan suci ramadhan. Mereka tanpa ada rasa bersalah sedikitpun makan dan minum di tengah  hari, dan tidak bisa menahan nafsu syahwatnya baik di siang maupun  pada malam harinya, yaitu  pergi ke tempat – tempat prostitusi, atau masuk  ke  hotel hotel untuk melakukan transaksi atau jual beli beli “Lendir”, dengan wanita-wanita penjaja seks. Masih banyak juga kita lihat para remaja, pemuda dan kaum tua beragama islam yang masih suka minum-minuman keras pada bulan ramadhan. Batin ini kadang terusik, mengapa mereka tidak menjaga kesucian bulan suci ramadahan ini, sementara Allah SWT, masih memberikan kesempatan kepada mereka untuk mensucikan dirinya dari segala perbuatannya yang selama 11 (sebelas) bulan yang lalu telah mereka jalani dengan penuh dosa dan ingkaran.

Apakah mereka belum mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT, sebagaimana telah dinyatakan di dalam firman Allah SWT  dalam Al Qurna  surat Al Baqarah ayat 183. Wallahuallam bil sawab.

 

Puasa Ramadhan Bukan Untuk Diet Tapi Untuk Ketaqwaan.

Mempelajari tentang keistimewaan dan keagungan bulan suci ramadhan seperti telah di singgung di atas, diketahui bahwa tidak ada satupun  firman Allah dan hadis nabi yang menyatakan bahwa puasa ramadhan wajib dilakukan untuk kesempurnaan diet seseorang. Hal ini perlu disampaikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran berpuasa di bulan suci ramadhan.

Hakekat berpuasa dalam bulan ramadhan yaitu mengembalikan dan meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Artinya sebagai hamba Allah SWT, manusia  diwajibkan untuk terus menerus ingat kepada Allah SWT dan melaksanakan segala perintahNya serta menghindari segala laranganNya, sebagaimana diajarkan di dalam Al Quran, hadis dan sunnah nabi.

Mungkin kita semua sepakat bahwa manusia tidak bisa menterjemahkan arti dan maksud semua amal ibadah dengan sesuka hatinya, sebab semua amal ibadah tersebut telah diatur dengan jelas arti dan maknanya dalam Al Quran dan hadis nabi.

Oleh karenanya,  aku kurang sepakat jika dikatakan bahwa puasa ramadhan bertujuan untuk diet. Pandangan seperti ini  dapat membingungkan dan menyesatkan bagi mereka yang kurang paham tentang makna puasa tersebut sesungguhnya.

Dalam dimensi yang lain, mungkin dapatlah  kita terima, bahwa berdasarkan ilmu pengetahuan kesehatan, berpuasa merupakan salah satu cara terbaik untuk ber-diet, karena dengan berpuasa seseorang dapat menahan makan dan minum serta mengatur pola makan dan minum dan segala sesuatu yang dikonsumsinya sehari-hari sebagai manusia, sehingga manusia dapat menekan kenaikan bobot tubuhnya. Inilah mungkin yang dimaksudkan oleh kata-kata puitis di atas.

Kata-kata puitis di atas, mengingatkan aku pada saat menuntut ilmu di perantauan. Di mana aku selalu melaksanakan puasa Senin-Kamis, yaitu di samping untuk beribadah tetapi aku tujukan juga guna “menghemat biaya hidup” yang memang selalu dalam kekurangan, sehingga menuntut aku untuk mengatur hidup sedemikian rupa dengan jalan berpuasa dan lebih banyak duduk di dalam masjid dari pada duduk makan dan minum diwarung atau kantin dalam lingkungan kampus.

Terlepas daripada tujuan dan maksud berpuasa di atas, kita serahkan semua  penilaiannya kepada  Sang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui yaitu Allah SWT. Dia-lah nanti yang akan memberikan penilaian sesuai dengan janjiNya.

Akhirnya puji syukur aku persembahkan kepada Allah SWT, karena pada tahun ini aku masih diberikan kesempatan olehNya menyambut dan melaksanakan ibadah puasa ramadhan. Sangat aku sadari sebagai hamba yang dhaif dan hina, selama 11 (sebelas) bulan lamanya ketaqwaan aku terhadap diri-Nya selalu pasang surut bahkan cenderung terlalu lama surutnya, namun karena cinta kasih dan sayangNya kepada aku dan kepada kita semua, Dia masih memberikan kepada kita untuk memperbaiki diri dan  bertaubat mensucikan diri dari segala perbuatan dosa yang telah kita lakukan selama ini.

Jika kita diberikan peluang untuk bertaubat dan mensucikan diri dari segala kesalahan dan dosa-dosa yang selama ini telah kita perbuat sepanjang usia kita masing-masing, maka aku minta kepada Allah SWT agar ramadhan tidak hanya 30 hari lamanya, tetapi selama 360 hari,  sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW :

Lau yaqlamunnaasyu maa fisyafri ramadhona minal khoiri latamanat uumatii an  yakuna ramadanu syamnata kullahaa walau adjinallaahhu lissyamawatii wal ardhi an tatakallamaa lasahadata lamin syoma ramadana bil jannata”.

Artinya : “Andaikata manusia mengetahui nilai kebaikan yang terdapat di bulan ramadhan, niscaya umatku berharap agar ramadhan itu setahun, dan andaikata Allah  memberi izin kepada langit dan bumi  untuk berbicara, niscaya keduanya bersaksi untuk orang yang berpuasa ramadhan dengan surga”.

Oleh karena kita semua hanya diberikan waktu selama 30 hari lamanya  beribadah puasa di bulan ramadhan, maka marilah kita bersama-sama menjalankan ibadah puasa tersebut dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan firman, hadis dan sunnah nabi. Jadikanlah puasa ramadhan pada tahun ini, menjadi “Titik nadir bagi kita semua untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT”, jangan kita sia-siakan waktu yang singkat ini, karena tahun mendatang kita mungkin tidak diberikan kesempatan untuk berjumpa dengan bulan suci ramadhan.

Selamat menunaikan ibadah puasa dalam bulan ramadhan 1428 H/2007 M, semoga amal ibadah kita dibulan suci ramadhan mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT. Amiin.

Ditulis Oleh Pada Sen 01 Jul 2013. Kategory Cerpen/Opini, Terkini. Anda dapat mengikuti respon untuk tulisan ini melalui RSS 2.0. Anda juga dapat memberikan komentar untuk tulisan melalui form di bawah ini

Komentar Anda

Radar Kepri Indek